0
TUGAS ISD PORTOFOLIO 3 "Masyarakat Perdesaan dan Perkotaan"
Posted by Unknown
on
11/28/2014 11:28:00 PM
A.
Masyarakat
Perdesaan
dan
Perkotaan
1.
Masyarakat
Perkotaan, aspek-aspek
positif
dan
negatif.
A.
Pengertian
Masyarakat.
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang
yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau
semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu
yang berada dalam kelompok tersebut.Kata "masyarakat" sendiri berakar
dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat
adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung
satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok
orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
B. Syarat-Syarat Menjadi Masyarakat.
·
Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif lama.
·
Merupakan satu kesatuan.
·
Merupakan suatu system hidup bersama, yaitu hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan dimana setiap anggota masyarakat merasa dirinya masing-masing terikat dengan kelompoknya.
C. Pengertian Masyarakat Perkotaan.
Seperti
halnya desa, kota juga mempunyai pengertian yang bermacam-macam seperti
pendapat beberapa ahli berikut ini.
·
Wirth:
Kota adalah suatu
pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang
heterogen kedudukan sosialnya.
·
Max Weber:
Kota menurutnya, apabila
penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar
lokal.
·
Dwigth
Sanderson:
Kota ialah tempat yang
berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.
Dari beberapa pendapat
secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian
kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan
tingkatan dalam struktur pemerintahan. Menurut konsep Sosiologik sebagian
Jakarta dapat disebut Kota, karena memang gaya hidupnya yang
cenderung bersifat individualistik.
D.
2 Tipe
Masyarakat
Dipandang
dari cara terbentuknya, masyarakat dapat dibagi dalam:
·
Masyarakat paksaan, misalnya
Negara, masyarakat tawanan, dan lain-lain
·
Masyarakat merdeka, yang terbagi dalam :
-
masyarakat
nature, yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti gerombolan,
suku, yang bertalian dengan hubungan darah atau keturunan.
-
masyarakat
kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan atau
kepercayaan, misalnya koperasi, kongsi perekonomian, gereja dan sabagainya.
E.
Ciri-Ciri
Masyarakat
Kota
Ada
beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
·
Kehidupan
keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang
kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
·
Orang
kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada
orang lain (Individualisme).
·
Pembagian
kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang
nyata.
·
Kemungkinan-kemungkinan
untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
·
Jalan
kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi
warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat
mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
·
Perubahan-perubahan
tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima
pengaruh-pengaruh dari luar.
F.
Perbedaan
Antara
Kota
Dan
Desa
Dalam masyarakat
modern, sering
dibedakan antara
masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan
(urban community).
Menurut Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana,
karena dalam masyarakat
modern, betapa pun kecilnya
suatu
desa, pasti ada
pengaruh-pengaruh dari kota.
Perbedaan
masyarakat pedesaan dan
masyarakat perkotaan, padaha kekatnya bersifat
gradual.
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota
yang masing-masing
punya
karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem
yang mandiri, dengan
fungsi-fungsi sosial, struktur serta
proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan
“berlawanan” pula.
Perbedaan cirri
antara
kedua
system
tersebut dapat
diungkapkan secara
singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan
yang lebih
erat
dan
lebih
mendalam ketimbang hubungan mereka
dengan
warga
masyarakat pedesaan lainnya. Sistem
kehidupan biasanya berkelompok atas
dasar
system
kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati
(1985), menjelaskan
ciri-ciri relasi
sosial yang ada di desaitu, adalah pertama-tama,
hubungan kekerabatan.
Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian,
walaupun terlihat adanya tukang kayu,
tukang genteng dan bata,
tukang membuat gula,
akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian.
Pekerjaan-pekerjaan di samping
pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting.
Orang akan
selalu
meminta nasihat kepada
mereka
apabila ada
kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992)
menyatakan
bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan,
lurah dansebagainya.
Ada beberapaciri yang dapat di pergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota.
Dengan melihat perbedaan perbedaan
yang ada mudah mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antaralain
:
·
Jumlah dan kepadatan penduduk
·
Lingkungan hidup
·
Mata pencaharian
·
Corak kehidupan sosial
·
Stratifiksi sosial
·
Mobilitas sosial
·
Pola interaksi sosial
·
Solidaritas sosial
·
Kedudukan dalam hierarki system administrasinasion
G.
Hubungan
Desa
Dengan
Kota
Masyarakat
pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali satu sama
lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang
erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota
tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan
seperti beras sayur mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga
kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh
bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan
raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja
musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan
dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka
merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
“Interface”,
dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang-tindih dengan kawasan
perdesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat
transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan
dan lain sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan
kekotaan.
Hubungan
kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena
itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan
makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara
teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa caar,
seperti: (i) Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan
kawasan perkotaan dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi
di semua kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;
(ii) Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan
banyak kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat
kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan; (iii) Penetrasi
kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses
ini yang sesungguhnya banyak terjadi; (iv) ko-operasi kota-desa, pada
umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat
hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang kota. Proses
sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai
permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam
kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah
satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah:
a).
Urbanisasi dan Urbanisme
Dengan
adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan
saling membutuhkan tersebut maka timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu
suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan
bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan.
(soekanto,1969:123 ).
b)
Sebab-sebab Urbanisasi
-Faktor-faktor
yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah kediamannya (Push factors).
-Faktor-faktor yang ada dikota
yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap dikota (pull factors).
H. Aspek Positif Dan Negative Masyarakat Kota
· Perkembangan kota merupakan manifestasi
dari pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya ini
akan dicerminkan dalam komponen – komponen yang memebentuk struktur kota
tersebut. Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleh
tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut.
Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan, seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan, seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
ü Wisma : Untuk tempat berlindung
terhadap alam sekelilingnya.
ü Karya: Untuk penyediaan lapangan
kerja.
ü Marga: Untuk pengembangan jaringan
jalan dan telekomunikasi.
ü Suka : Untuk fasilitas hiburan,
rekreasi, kebudayaan, dan kesenian.
ü Penyempurnaan : Untuk fasilitas
keagamaan, perkuburan, pendidikan, dan utilitas umum.
Untuk
itu semua , maka fungsi dan tugas aparatur pemerintah kota harus ditingkatkan:
a.
Aparatur
kota harus dapat menangani berbagai masalah yang timbul di kota. Untuk itu maka
pengetahuan tentang administrasi kota dan perencanaan kota harus dimilikinya.
b.
Kelancaran
dalam pelaksanaan pembangunan dan pengaturan tata kota harus dikerjakan dengan
cepat dan tepat, agar tidak disusul dengan masalah lainnya.
c.
Masalah
keamanan kota harus dapat ditangani dengan baik sebab kalau tidak , maka
kegelisahan penduduk akan menimbulkan masalah baru.
d.
Dalam
rangka pemekaran kota, harus ditingkatkan kerjasama yang baik antara para
pemimpin di kota dengan para pemimpin di tingkat kabupaten tetapi juga dapat
bermanfaat bagi wilayah kabupaten dan sekitarnya.
·
Fungsi
Eksternal
Fungsi eksternal dari
kota yakni seberapa jauh fungsi dan peran kota tersebut dalm kerangka wilayah
dan daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik secara regional
maupun nasional.
I.
5 Unsur Lingkungan Perkotaan
Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola-pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya akan tercermin dalam komponen-komponen yang membentuk stuktur kota tersebut. Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan setidaknya mengandung 5 unsur yang
meliputi :
·
Wisma :
unsure ini merupakan
bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat
berlindung terhadap alam sekelilingnya,
serta untuk
melangsungkan kegiatan-kegiatan social dalam keluarga.
Unsure wisma ini
menghadapkan.
-
Dapat
mengembangkan daerah perumahan penduduk
yang sesuai dengan
pertambahan kebutuhan penduduk untuk masa mendatang.
-
Memperbaiki
keadaan lingkungan perumahan yang telah ada agar dapat mencapai standar
mutu kehidupan yang layak, dan
memberikan nilai-nilai lingkungan yang aman dan menyenangkan
·
Karya :
unsure ini merupakan
syarat yang utama bagi eksistensi suatu
kota, karena unsure ini
merupakan jaminan bagi kehidupan
bermasyarakat.
·
Marga :
unsure ini merupakan
ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara
suatu tempat dengan tempat
lainnya didalam kota, serta hubungan
antara kota itu dengan
kota lain atau daerah lainnya.
·
Suka :
unsure ini merupakan
bagian dari ruang perkotaan
untuk memenuhi kebutuhan penduduk
akan fasilitas hiburan,
rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian
·
Penyempurna
: unsure ini merupakan
bagian yang penting bagi suatu kota,
tetapi belum
secara tepat tercakup kedalam
keempat unsure termasuk fasilitas
pendidikan dan kesehatan, fasilitias
keagamaan, perkuburan kota dan jaringan
utilitas kota.
J. Fungsi Eksternal Kota
Fungsi
eksternal kota.
·
Pusat
kegiatan politik dan administrasi pemerintahan wilayah tertentu
·
Pusat
dan orientasi kehidupan social budaya suatu wilayah lebih luas
·
Pusat
dan wadah kegiatan ekonomi ekspor :
- Produksi barang dan jasa
- Terminal dan distribusi barang
dan jasa.
·
Simpul
komunikasi regional/global
·
Satuan
fisik-infrastruktural yang terkait dengan arus regional/global.
B. Pertentangan dan Integrasi sosial
A. Jelaskan perbedaan kepentingan
Kepentingan
merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku
karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya
esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil
memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya
kegagalan dalam memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya
maupun bagi lingkungannya.
Dengan
berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara atau alat dalam
memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu
dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan
tersebut.
Oleh
karena individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis
dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan
sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya.
Perbedaan
kepentingan itu antara lain berupa :
1.
kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang
2.
kepentingan individu untuk memperoleh harga diri
3.
kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama
4.
kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi
5.
kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain
6.
kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya
7.
kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri
8.
kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Kenyataan-kenyataan
seperti itu menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang
akhirnya akan melahirkan kondisi disintegrasi atau konflik. Permasalahan utama
dalam tinjauan konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar antara
harapan dengan kenyataan pelaksanaan dan hasilnya kenyataan itu disebabkan oleh
sudut pandang yang berbeda antara pemerintah atau penguasa sebagai pemegang
kendali ideologi dengan berbagai kelompok kepentingan sebagai sub-sub ideologi.
Perbedaan
kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi
mengenal beberapa fase yaitu:
1.
fase disorganisasi yang terjadi karena kesalahpahaman.
2.
fase dis-integrasi yaitu pernyataan tidak setuju.
fase dis-integrasi ini memiliki
tahapan (Menurut Walter W. Martin dkk):
• ketidaksepahaman anggota kelompok
tentang tujuan yang dicapai.
• norma sosial tidak membantu dalam
mencapai tujuan yang disepakati.
• norma yang telah dihayati
bertentangan satu sama lain.
• sanksi sudah menjadi lemah
• tindakan anggota masyarakat sudah
bertentangan dengan norma kelompok.
B. Diskriminasi Dan Ethosentris
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang
tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan
karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan
suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan
karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika
seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan,
kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau
karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.
Diskriminasi
langsung,
terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik
tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya
peluang yang sama.
Diskriminasi
tidak langsung,
terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat
diterapkan di lapangan.Diskriminasi ditempat kerja Diskriminasi dapat terjadi
dalam berbagai macam bentuk: dari struktur upah, cara penerimaan karyawan, strategi
yang diterapkan dalam kenaikan jabatan, atau kondisi kerja secara umum yang
bersifat diskriminatif.
Diskriminasi
di tempat kerja
berarti mencegah seseorang memenuhi aspirasi profesional dan pribadinya tanpa
mengindahkan prestasi yang dimilikinya.
Teori
statistik diskriminasi berdasar pada pendapat bahwa perusahaan tidak dapat
mengontrol produktivitas pekerja secara individual. Alhasil, pengusaha cenderung
menyandarkan diri pada karakteristik-karakteristik kasat mata, seperti ras atau
jenis kelamin, sebagai indikator produktivitas, seringkali diasumsikan anggota
dari kelompok tertentu memiliki tingkat produktivitas lebih rendah.
Etnosentrisme cenderung memandang rendah
orang-orang yang dianggap asing, etnosentrisme memandang dan mengukur budaya
asing dengan budayanya sendiri. “ ( The Random House Dictionary ). Ada satu
suku Eskimo yang menyebut diri mereka suku Inuit yang berarti “penduduk sejati”
[Herbert, 1973, hal.2]. Sumner menyebutkan pandangan ini sebagai etnosentrisme,
yang secara formal didefinisikan sebagai “pandangan bahwa kelompoknya sendiri”
adalah pusat segalanya dan semua kelompok lain dibandingkan dan dinilai sesuai
dengan standar kelompok tadi [Sumner, 1906, hal.13]. Secara kurang formal
etnosentrisme adalah kebiasaan setiap kelompok untuk menganggap kebudayaan
kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik.
Etnosentrisme
terjadi jika masing-masing budaya bersikukuh dengan identitasnya, menolak
bercampur dengan kebudayaan lain. Porter dan Samovar mendefinisikan
etnosentrisme seraya menuturkan, “Sumber utama perbedaan budaya dalam sikap
adalah etnosentrisme, yaitu kecenderungan memandang orang lain secara tidak
sadar dengan menggunakan kelompok kita sendiri dan kebiasaan kita sendiri
sebagai kriteria untuk penilaian. Makin besar kesamaan kita dengan mereka,
makin dekat mereka dengan kita; makin besar ketidaksamaan, makin jauh mereka
dari kita. Kita cenderung melihat kelompok kita, negeri kita, budaya kita
sendiri, sebagai yang paling baik, sebagai yang paling bermoral.”
Etnosentrisme
membuat kebudayaan kita sebagai patokan untuk mengukur baik-buruknya kebudayaan
lain dalam proporsi kemiripannya dengan budaya kita. Ini dinyatakaan dalam ungkapan
: “orang-orang terpilih”, “progresif”, “ras yang unggul”, dan sebagainya.
Biasanya kita cepat mengenali sifat etnosentris pada orang lain dan lambat mengenalinya
pada diri sendiri.
Sebagian
besar, meskipun tidak semuanya, kelompok dalam suatu masyarakat bersifat
etnosentrisme. Semua kelompok merangsang pertumbuhan etnosentrisme, tetapi
tidak semua anggota kelompok sama etnosentris. Sebagian dari kita adalah sangat
etnosentris untuk mengimbangi kekurangan-kekurangan kita sendiri. Kadang-kadang
dipercaya bahwa ilmu sosial telah membentuk kaitan erat antara pola kepribadian
dan etnosentrisme.
Kecenderungan
etnosentrisme berkaitan erat dengan kemampuan belajar dan berprestasi. Dalam
buku The Authoritarian Personality, Adorno (1950) menemukan bahwa orang-orang
etnosentris cenderung kurang terpelajar, kurang bergaul, dan pemeluk agama yang
fanatik. Dalam pendekatan ini, etnosentrisme didefinisikan terutama sebagai
kesetiaan yang kuat dan tanpa kritik pada kelompok etnis atau bangsa sendiri
disertai prasangka terhadap kelompok etnis dan bangsa lain. Yang artinya orang
yang etnosentris susah berasimilasi dengan bangsa lain, bahkan dalam proses
belajar-mengajar.
Etnosentrisme
akan terus marak apabila pemiliknya tidak mampu melihat human encounter sebagai
peluang untuk saling belajar dan meningkatkan kecerdasan, yang selanjutnya
bermuara pada prestasi. Sebaliknya, kelompok etnis yang mampu menggunakan
perjumpaan mereka dengan kelompok-kelompok lain dengan sebaik-baiknya, di mana
pun tempat terjadinya, justru akan makin meninggalkan etnosentrisme. Kelompok
semacam itu mampu berprestasi dan menatap masa depan dengan cerah.
Etnosentrisme
mungkin memiliki daya tarik karena faham tersebut mengukuhkan kembali
“keanggotaan” seseorang dalam kelompok sambil memberikan penjelasan sederhana
yang cukup menyenangkan tentang gejala sosial yang pelik. Kalangan kolot, yang
terasing dari masyarakat, yang kurang berpendidikan, dan yang secara politis
konservatif bisa saja bersikap etnosentris, tetapi juga kaum muda, kaum yang
berpendidikan baik, yang bepergian jauh, yang berhaluan politik “kiri” dan yang
kaya [Ray, 1971; Wilson et al, 1976]. Masih dapat diperdebatkan apakah ada
suatu variasi yang signifikan, berdasarkan latar belakang sosial atau jenis
kepribadian, dalam kadar etnosentris seseorang.
C. Jelaskan Pertentangan Dan
Ketegangan Dalam Masyarakat
Konflik
mengandung pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa
dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau
perang. Dalam hal ini terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri dari
situasi konflik, yaitu :
terdapat dua atau lebih unit-unit
atau bagian yang terlibat dalam konflik.
Unit-unit tersebut mempunyai
perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan.
Terdapat
interaksi diantara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah
laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan
kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan :
a. pada taraf di dalam diri
seseorang, konflik menunjuk adanya pertentangan, ketidakpastian atau emosi dan
dorongan yang antagonistic dalam diri seseorang.
b. pada taraf kelompok, konflik
ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari perbedaan pada
para anggota kelompok dalam tujuan, nilai-nilai dan norma, motivasi untuk
menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
c.pada taraf masyarakat, konflik
juga bersumber pada perbedaan antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan
nilai-nilai dan norma-norma dimana kelompok yang bersangkutan berada.
D. Sebutkan Golongan-Golongan Yg
Berbeda Dan Integrasi Sosial
Masyarakat
Majemuk dan National Indonesia terdiri dari :
Masyarakat Indonesia digolongkan
sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai
suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang
berwujudkan Negara Indonesia. Aspek-aspek dari kemasyarakatan :
1. Suku bangsa dan kebudayaannya.
2. Agama
3. Bahasa
4. Nasional Indonesia.
E. Jelaskan Tentang
Integrasi Nasional
Integritas
Nasional identik dengan integritas bangsa yang mempunyai pengertian suatu
proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek sosial budaya ke dalam kesatuan
wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1989) yang harus dapat menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian
dan keseimbangan dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa. Integritas
nasional sebagai suatu konsep dalam kaitan dengan wawasan kebangsaan dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berlandaskan pada aliran pemikiran/paham
integralistik yang dicetuskan oleh G.W.F. Hegl (1770-1831).
Pengertian ini
berhubungan dengan paham idealisme untuk mengenal dan memahami sesuatu harus
dicari kaitannya satu dengan yang lain. Dan untuk mengenal manusia harus
dikaitkan dengan masyarakat di sekitarnya dan untuk mengenal suatu masyarakat
harus dicari kaitannya dengan proses sejarah.
Istilah Integritas Nasional terdiri
dari dua kata yaitu “Integritas” dan “Nasional”. Istilah “integritas” mempunyai
arti “mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan” (Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, 2005), sedangkan istilah “nasional” mempunyai arti
kebangsaan, bersifat bangsa sendiri yang meliputi suatu bangsa (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1989), berupa adat istiadat, suku, warna kulit, keturunan,
agama, budaya, wilayah/daerah. Integritas nasional wujud keutuhan prinsip moral
dan etika bangsa Indonesia dalam kehidupan bernegara (Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, 2008).
Setelah
pengertian integrasi kita dikupas di atas, maka disintegrasi bangsa dapat
dikatakan lawan arti dari integrasi bangsa. Disintegrasi bangsa sangat
membahayakan keberadaan Negara ini dalam percaturan kehidupan bernegara di
dunia. Dapat diartikan pula kondisi pecahnya kesatuan dan persatuan bangsa
kita. Persatuan dan kesatuan ini dapat dilihat dalam kontek kewilayahan maupun
kebangsaan yang meliputi kesatuan ekonomi, politik, social budaya, ideology dan
pertahanan keamanan.
2.
Masyarakat Pedesaan
a.
Pengertian Desa
Menurut Wikipedia
Desa,
atau udik, menurut definisi
"universal", adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural).
Di Indonesia,
istilah desa adalah pembagian
wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan,
yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari
beberapa unit pemukiman kecil yang disebut kampung
Menurut Sutardjo Kartohadikusuma
Desa adalah suatu kesatuan hukum di
mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri.
Menurut Bintarto
Desa merupakan perwujudan atau
kesatuan geografi, social, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di situ
(suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan
daerah lain.
Menurut Paul h. Landis
Desa adalah penduduknya kurang dari
2.500 jiwa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI)
Kesatuan wilayah yg dihuni oleh
sejumlah keluarga yg mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh
seorang kepala desa); 2 kelompok rumah di luar kota yg merupakan
kesatuan.
b. Ciri-ciri
Desa
Secara
Umum, kondisi desa di Indonesia memiliki ciri-ciri yang relatif sama,
yaitu:
·
Desa
dan masyarakat memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan alam.
· Iklim dan cuaca mempunyai
pengaruh besar terhadap petani sehingga warga desa banvak tergantung pada
peruhahan musim.
·
Keluarga
desa merupakan unit sosial dan unit kerja.
·
Jumlah
penduduk dan luas wilayah desa tidak begitu besar.
·
Kegiatan
ekonomi mayoritas agraris.
·
Masyarakat
desa merupakan suatu paguyuban.
·
Proses
sosial di desa umumnya berjalan lambat.
·
Warga
desa pada umumnva berpendidikan rendah.
c.
Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan
Ciri-ciri
masyarakat pedesaan sebagai berikut :
Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan
kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan
perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita
orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
Orientasi kolektif sifat ini merupakan
konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak
suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya
semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal
yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah
tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya
berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme).
Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu
atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak
disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau
keturunan.(lawanya prestasi).
Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas
terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan
eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan
sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada
desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
d. Macam-macam
Pekerjaan Gotong Royong
Ada beberapa pekerjaan gotong-
royong yaitu :
a.
kerja bakti dalam memberdohkan lingkungan pedesaan
b.
gotong-royong memperbaiki jembatan atau jalan raya
c.
gotong royong dalam membuat rumah
d.
gotong royong apabila tetangga ada yang hajatan.
e. Sifat dan Hakikat Masyarakat
Pedesaan
Masyarakat
desa dinilai oleh orang kota sebagai masyarakat damai, masyarakat yang
sebagian
tidak mementingkan masalah politik mereka hanya mementingkan gimana menikmati
hidup dengan kedamaian dengan ekonomi yang sederhana, untuk mereka itu cukup
dibanding dengan harus mengatur atau memegang sebuah jabatan. Dan masyarakat
pedesaan ini memiliki sifat yang kerja keras untuk mendapatkan hasil yang
terbaik sesuai dengan kemampauan mereka, hidup dengan ekonomi yang serba
kecukupan bukan berarti mereka bodoh atau malas, buktinya memang ada seorang
pejabat yang mengerti akan mengelola padi untuk mendapatkan beras terbaik ? ada
pasti bisa menjawab itu, kecuali pejabat itu anak dari petani. Masyarakat
pedesaan ini memiliki unsur yang tidak dimiliki masyarakat perkotaan yaitu hidup
dengan bergotong royong, justru masyarakat perkotaan ini sangat bergantung
dengan masyarakat pedesaan karena merekalah yang memproduksi beras, apa jadinya
biala didunia ini memiliki pemerintahan yang mayoritas masyarakatnya adalah
orang kaya. Fungsi masyarakat pedesaan ini yaitu merka menjadi lumbung bahan
mentah dan tenaga kerja.
Masyarakat
pedesaan mempunyai sifat yang kaku tapi sangatlah ramah. Biasanya
adat dan kepercayaan masyarakat sekitar yang membuat masyarakat pedesaan masih kaku, tetapi asalkan tidak melanggar hukum adat dan kepercayaan maka masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang ramah.
adat dan kepercayaan masyarakat sekitar yang membuat masyarakat pedesaan masih kaku, tetapi asalkan tidak melanggar hukum adat dan kepercayaan maka masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang ramah.
Pada
hakikatnya masyarakat pedesaan adalah masyarakat pendukung seperti sebagai
petani yang menyiapkan bahan pangan, sebagai PRT atau pekerjaan yang biasanya
hanya bersifat pendukung tapi terlepas dari itu masyarakat pedesaan banyak juga
yang sudah berpikir maju dan keluar dari hakikat itu.
f. Unsur-unsur Desa
Suatu
negara yang ingin maju tentunya mempunyai upaya mengelola dan memanfaaatkan
semua potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Negara Indonesia
termasuk Negara yang memiliki kekayaan alam yang beraneka ragam jenisnya dan
jumlahnya cukup banyak. Dalam pembentukan sebuah desa terdapat 3 unsur pokok:
a.) Daerah/wilayah yang merupakan
tempat tinggal dan tempat beraktivitas.
Wilayah
atau daerah merupakan tempat bagi manusia untuk dapat melakukan berbagai
aktivitas, baik sosial, ekonomi, maupun budaya. Pemilihan daerah atau wilayah
sebagai tempat aktivitas tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
iklim, topografi, keadaan tanah, dan air. Adanya perbedaan kondisi fisik
antarwilayah menyebabkan terjadinya perbedaan perkembangan wiayah
b.) Penduduk adalah terkait dengan kualitas dan
kuantitas.
Penduduk
merupakan salah satu unsur penting dalam suatu wilayah. Di dalam upaya
mengembangkan wilayah penduduk akan bertindak sebagai tenaga kerja, perencana,
atau pelaksana sekaligus yang akan memanfaatkan segala potensi yang ada.
Hal-hal yang berkaitan dengan kependudukan dalam suatu wilayah antara lain jumlah,
pertumbuhan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian penduduk. Hal-hal
tersebut sangat berpengaruh terhadap pola penggunaan lahan yang ada di
pedesaan.
c.) Tata kehidupan atau aturan –
aturan yang berhubung langsung dengan keadaan masyarakat dan adat istiadat
setempat.
Perilaku
kehidupan masyarakat pedesaan meliputi pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan
yang melatarbelakangi masyarakat desa. Perilaku masyarakat desa ditunjukkan
oleh adanya ikatan antarwarga yang sangat erat. Hal itu dapat dilihat dengan
adanya sikap gotong royong yang mengutamakan kepentingan bersama daripada
kepentingan pribadi.
g. Fungsi Desa
Fungsi
desa :
- Desa sebagai hinterland
(pemasok kebutuhan bagi kota)
- Desa merupakan sumber tenaga
kerja kasar bagi perkotaan
- Desa merupakan mitra bagi
pembangunan kota
- Desa sebagai bentuk
pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia
3. Perbedaan Masyarakat Kota dengan Masyarakat Desa
Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
- Lingkungan Umum dan
Orientasi Terhadap Alam, Masyarakat
perdesaan berhubungan kuat dengan alam, karena lokasi geografisnyadi
daerah desa. Penduduk yang tinggal di desa akan banyak ditentukan oleh
kepercayaan dan hukum alam. Berbeda dengan penduduk yang tinggal di kota
yang kehidupannya “bebas” dari realitas alam.
- Pekerjaan atau Mata
Pencaharian,
Pada umumnya mata pencaharian di dearah perdesaan adalah bertani tapi tak
sedikit juga yg bermata pencaharian berdagang, sebab beberapa daerah
pertanian tidak lepas dari kegiatan usaha.
- Ukuran Komunitas, Komunitas perdesaan
biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan.
- Kepadatan Penduduk, Penduduk desa kepadatannya
lbih rendah bila dibandingkan dgn kepadatan penduduk kota,kepadatan
penduduk suatu komunitas kenaikannya berhubungan dgn klasifikasi dari kota
itu sendiri.
- Homogenitas dan
Heterogenitas,
Homogenitas atau persamaan ciri-ciri sosial dan psikologis, bahasa,
kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku nampak pada masyarakat perdesa
bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Di kota sebaliknya penduduknya
heterogen, terdiri dari orang-orang dgn macam-macam perilaku, dan juga
bahasa, penduduk di kota lebih heterogen.
- Diferensiasi Sosial, Keadaan heterogen dari
penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yg tinggi di dlm diferensiasi
Sosial.
- Pelapisan Sosial, Kelas sosial di dalam
masyarakat sering nampak dalam bentuk “piramida terbalik” yaitu
kelas-kelas yg tinggi berada pada posisi atas piramida, kelas menengah ada
diantara kedua tingkat kelas ekstrem dari masyarakat.
Ada
beberapa perbedaan pelapisan sosial yang tak resmi antara masyarakat desa dan
kota:
- pada masyarakat kota aspek
kehidupannya lebih banyak system pelapisannya dibandingkan dengandi desa.
- pada masyarakat desa
kesenjangan antara kelas eksterm dalam piramida sosial tidak terlalu besar
dan sebaliknya.
- masyarakat perdesaan
cenderung pada kelas tengah.
- ketentuan kasta dan contoh
perilaku.
Sumber
: