1.
FALSAFAH ILMU PENGETAHUAN
Filsafat
dikatakan sebagai ilmu pengetahuan karena filsafat merupakan induk dari semua
ilmu pengetahuan dan mempunyai peranan yang mendasar dalam sebuah pendidikan.
Keberadaan filsafat yang berasal dari pemikiran seseorang yang dapat
mempengaruhi aspek hidup manusia secara tidak perseorangan diakui
keberadaannya, dikarenakan sifatnya yang sangat rasional dan merupakan buah
pemikiran yang berdasarkan empiris yang dilakukan oleh para filosof sehingga
menghasilkan suatu kebenaran yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan yang
nyata.
Sasaran
filsafat berbeda dengan sasaran ilmu pengetahuan. Kedua hal tersebut penting
karena setiap ilmu membutuhkan filsafatnya. Ada ilmu hukum ada pula filsafat
hukum, ada ilmu pendidikan ada pula filsafat pendidikan. Pengetahuan dimulai
dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu dan filsafat
dimulai dari keduanya. Berfilsafat adalah dorongan untuk mengetahui apa yang
diketahui dan apa yang belum diketahui.
Tujuan
filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan
menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Filsafat
memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandang
yang menjadi dasar suatu tindakan. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam
bertolak belakang dari pengembangan filsafat. Awal mula filsafat terdiri dari
tiga segi, yaitu apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika);
Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika); Apa yang termasuk
indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang utama itu
berkembang menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang
lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain mencakup
epistemologi (Filsafat Pengetahuan), etika (Filsafat Moral) estetika (Filsafat
Seni), metafisika, politik (Filsafat Pemerintahan), filsafat agama, filsafat
ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah dan filsafat
matematika
Ilmu
tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari
konsep-konsep dan norma-norma filsafat, namun demikian ketika ilmu tersebut
mengalami pertentangan-pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai
induk dari ilmu tersebut. Filsafat sering disebut para ahli sebagai induk dari
semua ilmu pengetahuan dikarenakan ilmu-ilmu tersebut selalu berkaitan dengan
filsafat sebagai sumber acuan.
Filsafat adalah ilmu yang
mempelajari tentang segala sesuatu yang ada di alam semesta dan merupakan induk
dari ilmu pengetahuan, serta membahas 3 hal penting yaitu Tuhan (Teologi),
Manusia (Humanologi) dan Alam (Kosmologi).
Ciri ilmu
filsafat yang membedakan dengan ilmu lain adalah filsafat membahas ilmu secara
sinopsis (menyeluruh), filsafat itu mendasar (radikal) atau membahas tuntas
dari awal, filsafat selalu menanyakan sesuatu dibalik persoalan yang dihadapi
dan dipelajari oleh ilmu (spekulatif) tersebut, menetapkan dan mengendalikan
pada pikiran rasional dan berusaha mencari kebenaran. Beberapa aliran filsafat
yang merupakan pemikiran-pemikiran para pilosof dan berkembang dalam masyarakat
dan mempraktekkannya, seperti Empirisme yaitu menekankan pada pengalaman dan
penghayatannya terhadap duniadan kehidupan. Rasionalisme yaitu pemikiran dan
pertimbangan terhadap akal sehat. Idealisme yaitu pemikiran yang berdasarka
ide, materi, dan perkembangan pada pemikiran jiwa dan raga.
1.1 PENGERTIAN
FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
a. Pengertian
Filsafat
Dalam berbagai pemikiran terdapat banyak pengertian tentang filsafat.
Secara etimologis filsafat berasal dari kata “philos” yang artinya love
(cinta) dan “sophia” artinya wisdom (kebijaksanaan-kearifan). Jadi
filsafat dapat diartikan cinta secara mendalam terhadap kebijaksanaan, cinta
akan kearifan (Salam,2002:33). Menurut Henderson filsafat dapat berarti sebagai
pendirian hidup, sebagai pandangan hidup. Misalnya falsafah Pancasila merupakan
pandangan atau pendirian hidup bagi bangsa Indonesia.
J.A Leighton mendefinisikan filsafat sebagai “a world-view, or rasoned
conception of the whole cosmos, and a lifeview, or doctrine of values,
meanings, and purpose of human life”. Dari definisi ini pengertian filsafat
adalah system atau sistematika filsafat yaitu metafisika, etika dan logika yang
atinya secara berturut adalah teori tentang kosmologi dan ontology.
Theodore Brameld dalam bukunya menyatakan salah satu definisi filsafat
adalah “the discipline conserred with the formulation of procise meaning”
dimana menimbulkan kemungkinan salah satu istilah yang sama diartikan berbeda
dan sebaliknya.
Webster mendefinisikan filsafat itu sebagai “love of wisdom” dan sebagai
“ilmu pengetahuan yang menyelidiki fakta, dan prinsip-prinsip kenyataan hakekat
dan kelakuan manusia”. (Yusuf,1989:34)
b.
Pengertian Ilmu Pengetahuan
J. Haberer 1972 : Suatu hasil aktivitas manusia yang
merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi
pranata dalam masyarakat.
J.D. Bernal 1977 : Suatu pranata atau metode yang
membentuk keyakinan mengenai alam semesta dan
manusia.
E. Cantote 1977 : Suatu hasil aktivitas manusia yang
mempunyai makna dan metode.1977 -1992
E.F. Schumacher : The perfections of science are
purely practical-the objective practical the objective, i.e. independent
of character and interests of the operator, measurable, recordable and
repeatable.
Prof. Burr : Like the fields of physics, sciences are part
of the organization of the universe and are influenced by the
fast forces of space .
Cambridge-Dictionary 1995 : Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan
pengetahuan yang benar, mempunyai objek dan tujuan tertentu dengan
sistim, metode untuk berkembang serta berlaku universal yang dapat diuji
kebenarannya.
Menurut Sutrisno Hadi, ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari
pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang
yang dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur.
Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun
menurut kdudukannya tampak dari luar, amupun menurut hubungannya dari dalam
Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris,
rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak
Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana
Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan
bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam satu system yang berasal dari
pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal
yang sedang dikaji.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa
ilmu adalah : Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan suatu
pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia
yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati
panca indera manusia. Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada
ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah
pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam
dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya
diuji dengan pengalaman praktis.
1.2 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren
(“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan. Antara definisi
fisafat dengan ilmu pengetahuan lebih hampir mirip namun kalau kita menyimak
bahwa di dalam definisi ilmu pengetahuan lebih menyoroti kenyataan tertentu
yang menjadi kompetensi bidang ilmu pengetahuan masing-masing, sedangkan filsafat
lebih merefleksikan kenyataan secara umum yang belum dibicarakan di dalam ilmu
pengetahuan.Walaupun demikian, ilmu pengetahuan tetap berasal dari filsafat
sabagai induk dari semua ilmu pengetahuan yang berdasarkan kekaguman atau
keheranan yang mendorong rasa ingin tahu untuk menyelidikinya, kesangsian, dan
kesadaran akan keterbatasan. Wibisono (1997 : x) pada Artikel kunci “Gagasan
Strategik Tentang Kultur Keilmuan Pada Pendidikan Tinggi”, yang mengambil
pendapat H.J. pos, beliau menandaskan bahwa abad ke-19 dan 20, dan bahkan
sampai sekarang, diidentifikasi sebagai suatu abad yang ditandai oleh
dominasinya peran ilmu pengetahuan dalam kehidupan umat manusia.
Dominasi ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia memang tidak dapat
dipungkiri. Betapa tidak, dominasi ini paling kurang membawa pengaruh dan
manfaat bagi manusia, atau justru berpengaruh negatif dan membawa malapetaka.
Seperti yang diungkapkan Ridwan Ahmad Syukuri (1997: 18-19), ilmu yang
berorientasi pada kepentingan pragmatis, orientasi duniawi, atau
mengesampingkan yang transenden, akan membawa malapetaka bagi kemanusiaan pada
umumnya. Ilmu dinilai bukan karena dirinya sendiri, tetapi nilai ilmu
pengetahuan berada dalam kesanggupannya membuat kehidupan lebih bernilai dan
memberikan kebahagiaan, demi kebutuhan untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan manusia, maka bentuk ilmu itu memberikan kemanfaatan.
Selanjutnya, dalam bukunya yang berjudul Efistimologi Dasar, J. Sudarminta
mengatakan bahwa ciri-ciri hakiki manusia yaitu: kepastian mutlak tentang
kebenaran segala pengetahuan kita memang tidak mungkin, sebab manusia adalah
makhluk contingent dan fallible. Tetapi ini tidak berarti bahwa semua
pengetahuan manusia pantas dan perlu dipergunakan kebenarannya. Maka,
skeptisisme mutlak pantas ditolak.
Subjek berperan aktif dalam kegiatan mengetahui dan tidak hanya bersifat
pasif menerima serta melaporkan objek apa adanya. Tetapi ini tidak berarti
bahwa pengetahuan manusia melulu bersifat subjektif. Maka, subjektivisme
radikal juga pantas disangkal.
Pengetahuan manusia memang bersifat rasional dan kontekstual, tetapi itu
tidak berarti bahwa objektivitas dan universalitas opengetahuan menjadi tidak
mungkin. Menurtu Sudarminta (2002: 60) pelbagai bentuk relativisme ilmu
pengetahuan, walaupun punya sumbangan yang berharga, merupakan suatu pandangan
tentang pengetahuan yang tidak bisa diterima.
1.3 Manusia dan Ilmu Pengetahuan
Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami lingkungannya
merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia Berfikir, dengan Berfikir
manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian
besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas Berfikir,
oleh karena itu sangat wajar apabila Berfikir merupakan konsep kunci dalam
setiap diskursus mengenai kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa
tanpa Berfikir, kemanusiaan manusia pun
tidak punya makna bahkan mungkin tak akan pernah ada.
Berfikir juga memberi kemungkinan manusia untuk memperoleh pengetahuan,
dalam tahapan selanjutnya pengetahuan itu dapat menjadi fondasi penting bagi
kegiatan berfikir yang lebih mendalam. Ketika Adam diciptakan dan kemudian
ALLAH mengajarkan nama-nama, pada dasarnya mengindikasikan bahwa Adam (Manusia)
merupakan Makhluk yang bisa Berfikir dan berpengetahuan, dan dengan pengetahuan
itu Adam dapat melanjutkan kehidupannya di Dunia. Dalam konteks yang lebih
luas, perintah Iqra (bacalah) yang tertuang dalam Al Qur’an dapat dipahami
dalam kaitan dengan dorongan Tuhan pada Manusia untuk berpengetahuan disamping
kata Yatafakkarun (berfikirlah/gunakan akal) yang banyak tersebar dalam Al
Qur’an. Semua ini dimaksudkan agar manusia dapat berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dengan tahu dia
berbuat, dengan berbuat dia beramal bagi kehidupan. semua ini pendasarannya
adalah penggunaan akal melalui kegiatan berfikir. Dengan berfikir manusia mampu
mengolah pengetahuan, dengan pengolahan tersebut, pemikiran manusia menjadi
makin mendalam dan makin bermakna, dengan pengetahuan manusia mengajarkan,
dengan berpikir manusia mengembangkan, dan dengan mengamalkan serta
mengaplikasikannya manusia mampu melakukan perubahan dan peningkatan ke arah
kehidupan yang lebih baik, semua itu telah membawa kemajuan yang besar dalam
berbagai bidang kehidupan manusia (sudut pandang positif/normatif).
Kemampuan untuk berubah dan perubahan yang terjadi pada manusia merupakan
makna pokok yang terkandung dalam kegiatan Berfikir dan berpengetahuan.
Disebabkan kemampuan Berfikirlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh
dibanding makhluk lainnya, sehingga dapat terbebas dari kemandegan fungsi
kekhalifahan di muka bumi, bahkan dengan Berfikir manusia mampu mengeksplorasi,
memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. Semua
itu, pada dasarnya menggambarkan keagungan manusia berkaitan dengan
karakteristik eksistensial manusia sebagai upaya memaknai kehidupannya dan
sebagai bagian dari Alam ini.
Dalam konteks perbandingan dengan bagian-bagian alam lainnya, para akhli
telah banyak mengkaji perbedaan antara manusia dengan makhluk-makhluk lainnya
terutama dengan makhluk yang agak dekat dengan manusia yaitu hewan. Secara umum
komparasi manusia dengan hewan dapat dilihat dari sudut pandang
Naturalis/biologis dan sudut pandang sosiopsikologis. Secara biologis pada
dasarnya manusia tidak banyak berbeda dengan hewan, bahkan Ernst Haeckel (1834
– 1919) mengemukakan bahwa manusia dalam segala hal sungguh-sungguh adalah
binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui, demimikian juga
Lamettrie (1709 – 1751) menyatakan bahwa tidaklah terdapat perbedaan antara
binatang dan manusia dan karenanya manusia itu adalah suatu mesin.
Kalau manusia itu sama dengan hewan, tapi kenapa manusia bisa bermasyarakat
dan berperadaban yang tidak bisa dilakukan oleh hewan ?, pertanyaan ini telah melahirkan
berbagai pemaknaan tentang manusia, seperti manusia adalah makhluk yang
bermasyarakat (Sosiologis), manusia adalah makhluk yang berbudaya
(Antropologis), manusia adalah hewan yang ketawa, sadar diri, dan merasa malu
(Psikologis), semua itu kalau dicermati tidak lain karena manusia adalah hewan
yang berfikir/bernalar (the animal that reason) atau Homo Sapien.
Dengan memahami uraian di atas, nampak bahwa ada sudut pandang yang
cenderung merendahkan manusia, dan ada yang mengagungkannya, semua sudut
pandang tersebut memang diperlukan untuk menjaga keseimbangan memaknai manusia.
Blaise Pascal (1623 – 1662) menyatakan bahwa adalah berbahaya bila kita
menunjukan manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat binatang dengan
tidak menunjukan kebesaran manusia sebagai manusia. Sebaliknya adalah bahaya
untuk menunjukan manusia sebagai makhluk yang besar dengan tidak menunjukan
kerendahan, dan lebih berbahaya lagi bila kita tidak menunjukan sudut kebesaran
dan kelemahannya sama sekali (Rasjidi. 1970 : 8).
Setiap manusia selalu didesak untuk mendapatkan suatu cara dan metode
tertentu agar dapat menyelaraskan aspek kultural yang terdapat pada masyarakat
dalam suatu tempat tinggal yang selalu dipengaruhi letak geografis, iklim serta
kondisi lingkungan tempat tersebut. Sehingga diperlukannya suatu penyelarasan
terhadap keadaan sekitar sehingga menjadi suatu kepribadian masyarakat
tersebut, karena jika tidak maka akan hancurlah kepribadiannya. Dan hal – hal
tersebut diatas didorong oleh faktor kebutuhan manusia untuk bertahan hidup.
Untuk memperoleh kebutuhan dan mensejahterakan kehidupan dalam masyarakat yang
beradab maka dibutuhkan suatu Ilmu. Manusia merupakan mahluk cerdas yang
diciptakan lengkap dengaan segala atributnya ‘akal” yang dapat mendorong rasa ingin
tahunya selalu berkembang. Berbeda dengan rasa ingin tahu yang dimiliki oleh
binatang yang didorong oleh naluri dan instingnya saja atau incouriorcity, rasa
ingin tahu yang dimilik oleh manusia ”couriorcity” selalu berkembang sesuai
dengan kebutuhannya. Dengan kata lain, manusia merupakan satu – satunya
binatang berakal yang mengembangkan pengetahuannya dalam konsep keilmuan secara
harmonis dan berkesinambungan.
Binatang pun pada dasararnya memiliki pengetahuan, tetapi pengetahuan yang
terdorong oleh binatang hanya terbatas pada naluri bertahan hidup (survival)
dan melestarikan diri dengan cara bereproduksi. Manusia berbeda dengan binatang
yang memiliki pengetahuan serta dikembangkan secara terus – menerus lebih dari
sekedar pemuas dalam memenuhi kebutuhan bagi kelangsungan hidupnya, karena
manusia memikirkan hal – hal baru, manusia mengembangkan ilmu pengetahuan untuk
peradaban dalam kehidupannya dan memberi makna dalam hidupnya. Sebagai contoh
sederhana bahwa manusia zaman dahulu hidup dengan cara berpindah – pindah
“nomaden” dari suatu tempat ke tempat berikutnya untuk berburu. Tetapi dengan
ilmu dan sebuah pengalaman yang dimiliki maka manusia mencoba hidup dengan cara
menetap dan mencoba bercocok tamam serta berternak. Dalam hal ini manusia
selalu berkembang secara pola pikir, pola hidup serta peradaban yang telah
dibangunnya sehingga memiliki tujuan hidup yang lebih tinggi dan beradab.
Ilmu pengetahuan yang dimilki oleh manusia pada dasarnya dikembangkan
dengan cara ; (1). menginformasikannya
melalui alat komunikasi “bahasa”. Dengan bahasa maka ilmu yang ada dalam
pikiran dapat diinformasikannya atau dapat divisualisasikan. Dan (2). Karena
manusia memiliki akal dan pikiran yang dibangun oleh nalar atau sebuah alur
kerangka berfikirnya. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang selalu
diciptakan manusia demi mensejahterakan dan mempermudah proses hidupnya.Seperti
filsafat, sains, teknologi, sastra serta ilmu pengetahuan lainnya.
Ilmu pengetahuan memiliki posisi dan kedudukan yang sangat penting dalam
menopang kesejahteraan umat manusia karena dengan ilmu pengetahuan maka manusia
selain dapat mensejahterakan hidupnya dan mencari nilai – nilai hakiki serta
memaknai arti sebuah kehidupan dalam hidupnya. Ilmu pengetahuan yang tercipta
dengan tujuan kesejahteraan serta mencari kebenaran – kebenaran akan makna
sebuah hidup yang selalu berkembang desebabkan karena manusia itu sendiri
secara berkelompok merupakan masyarakat pembelajar yang selalu belajar dari
sebuah pengalaman – pengalaman sebelumnya dan belajar dari apa – apa yang
dilihatnya, didengarnya, dirasakannya serta dilakukannya. Sedangkan secara
personal ‘individu”, manusia itu pun merupakan binatang “berakal” pembelajar
yang baik dan selalu bersifat dinamis.
Sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan Tuhan yang
lainnya, manusia diberi oleh Tuhan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh
makhluk lainnya yaitu akal dan daya nalar. Kemampuan manusia untuk berpikir dan
bernalar itu dimungkinkan pada manusia karena ia memiliki susunan otak yang
paling sempurna dibandingkan dengan otak berbagai jenis makhluk hidup
lainnya. Oleh karena itu, dalam
kehidupan sehari-hari manusia selalu terus berusaha untuk menambah dan
mengumpulkan llmu pengetahuannya. Ilmu pengetahuan yang didapatkan adalah untuk
memelihara bumi ini dari segala kerusakan, karena manusia diutus untuk menjadi
khalifah di muka bumi ini. Manusia mendapatkan ilmu pengetahuan dari pengalaman
yang didapatkannya ( empiris ) dan juga logika yang mereka miliki (rasional)
dari pengalaman tersebut manusia terus-terusan mengolahnya dengan cara berpikir
sehingga menghasilkan suatu ilmu pengetahuan. Manusia yang cerdas akan mampu
menggali kumpulan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola muka bumi ini.
Namun, tidak selamanya pengetahuan yang diperoleh manusia ini bermanfaat, ada
juga pengetahuan yang ternyata menimbulkan suatu permasalahan ataupun mudarat.
Di dalam Islam, orang-orang yang berilmu dan beriman akan mendapat martabat
yang tinggi di sisi Allah swt, kekayaan terbesar dalam islam adalah pengetahuan
dan hikmah maka doa yang dimintakan Allah agar kita mohonkan kepada-Nya ialah
untuk menambah pengetahuan. Oleh karena itu, dalam Islam menuntut ilmu hukumnya
wajib sehingga dapat menyebarluaskan ilmu tersebut kepada orang Dlain. Di dalam
hidup agar dapat membuat keputusan yang benar juga harus diiringi dengan
pengetahuan sehingga terwujud kehidupan yang baik. Pengelolaan sumber daya alam
juga harus diiringi dengan pengetahuan yang memadai untuk pemanfaatan yang
benar dan sebagai pengelola bumi yang baik harus tak henti-hentinya belajar,
karena ilmu pengetahuan itu berubah. Ada yang ternyata salah dan harus di buang
dan ada pula yang harus ditambahkan.
Kemampuan manusia dalam mengembangkan pengetahuan tidak lepas dari
kemampuan menalar. Manusia satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan
secara sungguh-sungguh. Binatang juga
mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas hanya untuk kelangsungan
hidupnya (survival). Manusia
mengembangkan pengetahuan bukan hanya sekadar
untuk kelangsungan hidup, tetapi dengan memikirkan hal-hal baru; manusia
mengembangkan kebudayaan, manusia member makna pada kehidupan, dengan kata lain
semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia itu dalam hidupnya
mempunyai tujuan yang lebih tinggi dari sekadar kelangsungan hidupnya. Inilah
yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dan mendorong manusia
menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi.
Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni,
pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan
jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, manusia
mempunyai kemampuan berpikir menurut alur kerangka berpikir tertentu yang
disebut penalaran. Kedua hal inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan
pengetahuannya.
Manusia berpikir karena memiliki akal. Manusia memiliki kemampuan untuk
membuat dan mengambil keputusan hal inilah yang tidak dimiliki oleh makhluk
lainnya. Manusia dapat mengambil keputusan terletak pada kemampuan manusia
untuk berpikir dan bernalar, sedangkan kemampuan berpikir dan bernalar itu
dimungkinkan pada manusia karena ia memiliki susunan otak yang paling sederhana
dibanding dengan otak berbagai Jenis makhlik hidup lainnya. Berpikir merupakan
suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang baru. Apa yang disebut benar
bagi tiap orang adalah tidak sama, maka kegiatan berpikir untuk menghasilkan
pengetahuan yang benar itupun berbeda-beda karena masing-masing mempunyai yang
disebut dengan criteria kebenaran yang merupakan suatu proses penemuan
kebenaran tersebut. Manusia berpikir dan bernalar untuk mengumpulkan
pengetahuan yang tersembunyi di alam raya ini. Proses mengumpulkan pengetahuan
merupakan suatu proses belajar yang dialami manusia sejak ia lahir hingga ke
liang lahat. Kemudian pengetahuan yang dikumpulkan manusia melalui penggunaan
akalnya disusun menjadi suatu bentuk yang berpola.
Dengan berpikir, manusia berkesempatan mendapatkan pendidikan membentuk
sistem kekeluargaan yang akhirnya terbentuk manusia yang cerdas sehingga dapat
bermasyarakat dengan baik. Tanpa kecerdasan yang bersumber dari kemampuan
berpikir, manusia tidak mampu menggali kumpulan pengetahuan yang diperlukan
untuk mengelola bumi dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada.
Secara umum maka tiap perkembangan dalam idea, konsep dan sebagainya dapat
disebut berpikir. Akan tetapi, pemikiran keilmuan bukanlah suatu pemikiran yang
biasa. Pemikiran keilmuan adalah pemikiran yang bersungguh-sungguh, artinya
suatu cara berpikir yang berdisiplin, dimana seseorang yang berpikir
sungguh-sungguh takkan membiarkan idea dan konsep yang sedang dipikirkannya
berkelana tanpa arah, namun kesemuanya itu akan diarahkannya pada suatu tujuan
tertentu. Berpikir keilmuan sering digunakan oleh para peneliti dan juga penemu
yang mempunyai minat untuk terus mengolah pemikiran mereka sehingga mengasilkan
suatu ilmu ataupun konsep. Orang yang berpikir kelimuan tidak akan membiarkan
ide dan konsep yang ada dipikirannya hilang begitu saja. Tetapi dalam bidang keilmuan, berpikir
seperti ini ternyata kurang penting karena titik berat terletak dalam usaha
untuk memahami obyek yang belum ditetapkan dan cara berpikir seperti ini
dinamakan penalaran (reasoning).
Jika berpikir dengan sungguh-sungguh, maka kita akan mendapatkan pengetahuan
dan juga ilmu, namun disini terdapat perbedaan antara ilmu dan juga pengetahuan
yang didapatkan oleh manusia.
Pengetahuan adalah suatu hasil dari pengamatan dan juga pengalaman yang
dirasakan oleh panca indra, sehingga kita menjadi tahu, dan bagian dari
pengetahuan adalah ilmu. Ilmu adalah hasil dari proses berpikir dengan
pertanyaan “bagaimana hal itu bisa terjadi ?”, dengan pertanyaan itu maka
manusia akan berusaha untuk melakukan sebuah penelitian sehingga akan
mendapatkan kesimpulan atau dengan kata lain ilmu adalah pengetahuan yang
didapat melalui proses tertentu. Akibatnya adalah bahwa teori-teori kelimuan
tidak merupakan kebenaran yang pasti. Apa yang mampu dilakukan ilmu, dan apa
yang sebenarnya memang dilakukan ilmu, semuanya hanyalah bersifat kemungkinan
(peluang). Ilmu memberi kita, sebagai tambahan terhadap uraian gejala yang
diamati, pernyataan yang bersifat peluang.
Ilmu atau ilmu pengetahuan secara bahasa bisa diartikan sebagai memahami,
mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan
dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti
mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Ilmu pengetahuan adalah sarana atau definisi tentang alam
semesta yang diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia
sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. dalam kata lain
dapat kita ketahui definisi arti ilmu yaitu sesuatu yang didapat dari kegiatan
membaca dan memahami benda-benda maupun peristiwa, diwaktu kecil kita belajar
membaca huruf abjad, lalu berlanjut menelaah kata-kata dan seiring bertambahnya usia secara sadar
atau tidak sadar sebenarnya kita terus belajar membaca, hanya saja yang dibaca
sudah berkembang bukan hanya dalam bentuk bahasa tulis namun membaca alam
semesta seisinya sebagai usaha dalam menemukan kebenaran. Dengan ilmu maka hidup
menjadi mudah, karena ilmu juga merupakan alat untuk menjalani kehidupan.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik
diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah
produk dari epistemologi.
Manusia bila dibanding dengan hewan maka tubuh manusia lemah. Gajah dapat
mengangkat beban yang sangat berat, kuda dapat berlari sangat cepat. Mengingat
manusia mempunyai akal dan budi serta kemauan yang sangat kuat. Sehingga
manusia dapat mengangkat beban lebih berat dan berlari sangat cepat bila
dibanding dengan gajah dan kuda yaitu, menusia dengan akal dan budi dapat
menciptakan teknologi berupa mesin hidrolik dan pesawat jet.
Kuriositas atau rasa ingin tahu manusia terus berkembang. Hewan juga
mempunyai rasa ingin tahu, tetapi didorong oleh naluri (insting). Naluri hewan
bertitik tolak untuk dapat mempertahankan hidupnya, dan sifatnya tetap
sepanjang tahun. Manusia disamping mempunyai kuriositas juga dilengkapi akal
dan budi. Sehingga rasa ingin tahu dapat berkembang dan tidak pernah ada
puasnya.
Untuk dapat memuaskan rasa ingin tahu (rahasia alam) manusia menggunakan
pengamatan dan pengalaman serta menggunakan logika, maka akhirnya munculah
pengetahuan.
Pengetahuan adalah kumpulan fakta-fakta. Tanggapan terhadap gejala-gejala
alam merupakan suatu pengalaman. Pengalaman merupakan salah satu terbentuknya
pengetahuan. Perkembangan pengetahuan karena didorong dua faktor pertama untuk
memuaskan diri guna memahami hakekat kebenaran dan kedua untuk meningkatkan
status (taraf hidup).
Dorongan pertama akan memperoleh pengetahuan murni (teroritis) dan dorongan
kedua akan memperoleh pengetahuan praktis (aplikasi) atau ilmu terapan, ilmu
alamiah merupakan kegiatan manusia yang bersifat dinamis, artinya kegiatan yang
tiada henti. Dari hasil percobaan akan memperoleh konsep (teori) baru yang
selanjutnya akan mendorong manusia untuk melakukan percobaan, demikian
seterusnya.
Dimana kita hidup?, Kapan kita dilahirkan?, tanaman apa yang membuat kita
bersin-bersin?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sesuatu yang berasal dari
ketidak-tahuan, jawaban dari ketidak-tahuan itu adalah ilmu pengetahuan. Dengan
ilmu pengetahuan maka terjawablah semua pertanyaan karena pada dasarnya ilmu
pengertahuan itu tercipta dari rasa penasaran seseorang, kemudian ketika dia mencari tau tentang
seluk-beluk yang tidak dia ketahui maka dia akan mencari dengan segala cara
agar rasa penasarannya itu terpenuhi. Misalnya, ketika seorang bayi yang belum
mengerti apa itu sebuah bola karena akalnya baru bisa berfungsi, maka dia akan menjilati
bola itu, merabanya, mencium baunya kemudian memukul-mukulnya untuk mengetahui
apa yang bakal terjadi terhadap bola. Dan untuk seseorang tau akan suatu hal
yang dia penasaran untuk ketahui tidak cukup sekali proses, butuh beberapa kali
percobaan agar rasa ingin tahunya itu terpuaskan, hal ini disebut dengan
eksperimen.
1.4 KELAHIRAN ILMU PENGETAHUAN MODERN
Rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang sebagai hasil perkembangan
pola pikir manusia yang terakumulasi dari hasil pengamatan dan pengalaman telah
mendorong manusia untuk melahirkan pendekatan kebenaran yang tidak hanya
mengandalkan kemampuan rasio belaka, dorongan tersebut setidaknya terdiri dari
dua sisi; yakni dorongan pertama adalah dorongan untuk memuaskan diri sendiri
yang sifatnya non praktis atau teoritis guna memenuhi kuriositas dan memahami
tentang hakikat alam semesta dan segala isinya, yang selanjutnya melahirkan
pure science (Ilmu pengetahuan murni). Sementara dorongan yang ke-dua adalah
dorongan yang sifatnya praktis, dimana ilmu pengetahuan dimanfaatkan untuk
meningkatkan tarap hidup yang lebih tinggi, dan selanjutnya disebut dengan
Applied science (Ilmu pengetahuan terapan/teknologi).
Kedua dorongan inilah yang memicu manusia untuk menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru yang menjadi titik awal lahirnya pengetahuan
alamiah modern yang semakin berkembang dari zaman ke zaman.
·
Ilmu
Pengetahuan
Menurut Prof DR. M. J. Langerveld, Guru besar pada Rijk University di
Utrecht (Belanda) Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu
hal tertentu, yang merupakan kesatuan sistematis dan memberikan penjelasan yang
sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan sebab-sebab suatu kejadian.
Ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat
membedakannya dengan pengetahuan lainnya, diantara ciri khas ilmu atau ilmu
pengetahuan yaitu obyektif, metodik, sistematik, dan berlaku umum. Dengan
sifat-sifat tersebut, maka orang yang berkecimpung atau selalu berhubungan
dengan pengetahuan akan terbimbing sedemikian hingga padanya terkembangkan
suatu sikap yang disebut sikap ilmiah.
Objek penelaah ilmu adalah seluruh segi kehidupan yang dapat di uji oleh
panca indra manusia. Ilmu membatasi diri pada kejadian-kejadian yang besifat
empiris, yang terjangkau oleh fitrah pengalaman manusia dengan menggunakan
panca indranya. Objek dibedakan atas dua hal yaitu, objek material adalah objek
yang dilihat secara keseluruhan, dan objek formal yang dilihat dari suatu aspek
tertentu saja.
·
Metode
Keilmuan
Untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu memerlukan pencarian
pengetahuan yang dapat dilakukan secara nonilmiah dan ilmiah dengan mengacu
pada kerangka filsafat. Pencarian ilmu pengetahuan ilmiah (metode ilmiah)
dilakukan berdasarkan pemikiran rasional, pengalaman empiris (fakta), maupun
referensi pengalaman sebelumnya. Cara untuk mendapatkannya harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Objektif, pengetahuan itu harus sesuai objeknya.
2. Metodik,
pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur
dan terkontrol.
3.
Sistimatis, pengetahuan ilmiah yang tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga
keseluruhannya merupakan satu kesatuan yang utuh.
4. Berlaku
Umum, pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseoramg
atau sekelompok orang, tetapi dengan pengalaman itu diperoleh hasil yang sama
atau konsisten.
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut
ilmiah, lewat metode inilah nantinya akan melahirkan ilmu-ilmu baru yang
menjadi cikal bakal lahirnya ilmu alamiah modern terutama Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA).
·
Kelahiran IPA
Pada mulanya manusia percaya mitos yang sekarang dinilai sebagai
pengetahuan semu (pseduo knowledge). Mengapa? Karena mitos tidak pernah
memuaskan maka dicarilah pengetahuan sesungguhnya (pure science). Objek utama
yang dipikirkan manusia adalah alam sehingga lahirlah pengetahuan alam (natural
science).
Untuk menemukan ilmu pengetahuan, harus digunakan perpaduan antara
rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai metode keilmuan atau
pendekatan ilmiah.
Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau metode
keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini
dilaksanakan secara sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data
empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Teori
ini masih dapat menghasilkan suatu teori dan masih dapat diuji konsistensi
serta kemantapannya. Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari
keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka.
Jadi, suatu ilmu pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan
bilamana cara memperolehnya menggunakan metode keilmuan, yaitu gabungan
rasionalisme dan emperisme.
Secara lengkap dapat dikatakan bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat
disebut IPA bilamana persyaratan berikut: objeknya pengalaman manusia yang
berupa gejala-gejala alam, yang dikumpulkan melalui metode keilmuan serta
mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia.
Kapan ilmu pengetahuan (sains) lahir ? secara waktu mungkin sulit untuk
ditetapkan tetapi yang jelas sesuatu dinyatakan pengetahuan sains adalah
apabila pendekatan kebenaran tertumpu pada rational approach and empiric
approach yakni kebenaran yang secara rasional dapat dimengerti dan difahami serta
dibuktikan secara fakta dan menggunakan peralatan ilmiah.
·
Perkembangan
Pengetahuan Dari Masa Ke Masa
1. Zaman Purba
Pada zaman purba, manusia selain mewariskan alat-alat purba, juga
mewariskan cara bercocok tanam dan cara berternak. Peninggalan-peninggalan
alat-alat, tanaman, ternak tersebut menunjukkan bahwa manusia purba telah
mempunyai pengetahuan untuk memperolehnya. Penemuan-penemuan itu terjadi baik
secara kebetulan ataupun disengaja semuanya berdasarkan pengamatan primitif,
dan mungkin dilanjutkan dengan percobaan-percobaan yang dilakukan dengan tanpa
dasar dan tanpa pengaturan, tetapi dengan mengikuti proses”Trial and error”.
Dengan demikian tersusunlah ”know how” meskipun tidak diketahui sebabnya, tidak
diketahui ”mengapanya”. Dengan demikian maka zaman batu ini ditandai oleh
pengetahuan ”know how” yang diperoleh berdasarkan Kemampuan mengamati,
membeda-bedakan, memilih, melakukan percobaan tanpa disengaja, yang
berlandaskan dengan proses ”Trial and error”.
Setelah zaman ini masa 15000 sampai kurang lebih 600 tahun SM. Masih
merupakan kelanjutan dari zaman batu. Mereka masih mewarisi pengetahuan dari
zaman batu, tetapi diantara mereka ada yang mampu mengolah logam. Dalam hal
pembuatan logam, alat-alat mereka tidak lagi terbuat dari batu, melainkan dari
perunggu atau besi. Pada zaman purba tersebut manusia menggantungkan diri pada
kepercayaan agama yang politistik. Mereka percaya bahwa dewa-dewa berada di
bulan, matahari, bintang, karena itu, benda-benda angkasa itu terus-menerus
diamati. Dan mereka mulai menyusun kalender sebagai pedoman waktu untuk
mengatur kehidupan ritual, pekerjaan sehari-hari dan kehidupan biasa pada
umumnya.
Penemuan-penemuan tersebut di atas merupakan proses alamiah yang hanya
mungkin pada zaman itu mencari dan akhirnya menemukan dan mampu menggunakan
angka-angka dan abjad untuk melakukan perhitungan-perhitungan. Di samping
kemampuan-kemampuan dan penemuan-penemuan tersebut, mereka bisa membentuk
kemampuan mengukur, kemampuan ini digunakan untuk mengukur bidang tanah dan perladangan
juga mengukur hasil panennya. Untuk keperluan pengukuran-pengukuran tersebut
juga telah ditemukan bentuk segitiga, segitiga siku-siku, dan sudut siku-siku.
Kemudian ilmu berkembang dan menjelma menadi ilmu hitung (arithmetic) dan ilmu
ukur (geometry).
2. Zaman Yunani
Masa 600 tahun sebelum masehi sampai kurang lebih 200 tahun sebelum masehi
biasanya disebut zaman Yunani. Dalam zaman ini proses-proses perkembangan know
how tetap mendasari kehidupan sehari-hari, tapi lebih maju daripada zaman
sebelumnya. Dalam bidang pengetahuan sikap dan pemikiran yang sekedar menerima
apa adanya, terjadi perubahan besar, dan perubahan ini dianggap sebagai dasar
ilmu pengetahuan modern. Hal ini berdasarkan pada sikap bangsa Yunani yang
tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman secara pasif receptif. Mereka
memiliki ”inquiry atitude” dan ”inquiry mind” orang pertama yang mempertanyakan
dasar dari alam dan isi alam ini adalah Thales (624-548 SM). Pemikiran Thales
dalam rangka membahas perkembangan ilmu pengetahuan ”Yang penting bukan jawaban
yang diberikan, tetapi diajukannya pertanyaan tersebut”. Karena dari pertanyaan
akan menimbulkan atau menyebabkan pemeriksaan dan penelitian yang terus
menerus. Jadi, pertanyaan merupakan suatu motor yang tetap mendorong pemikiran dan
penyelidikan.
Disamping Thales terdapat banyak tokoh filsafat Yunani yang besar sekali
sumbangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan diantaranya adalah Al-Fargani,
Jabir bin Hayyam, Phytagoras, Aristoteles dan Archimedes.
3. Zaman Modern
Pada permulaan abad ke-14, di Eropa di mulai perkembangan ilmu pengetahuan.
Sejak zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan
dan umat manusia pada umumnya. Permulaan perkembangannya dicetuskan oleh Roger
Bacon (1214-1294) yang menganjurkan agar pengalaman manusia sendiri dijadikan
sumber pengetahuan dan penelitian. Copernicus, Tycho Broche, Keppler dan
Galileo merupakan pelopor dalam mengembangkan pengetahuan yang didasarkan pada
pengalaman tersebut.
Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sangat mantap dan pesat setelah
ditulisnya buku yang berjudul Novum Organum oleh Francis Bacon (1560-1626) yang
mengutarakan tentang landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan dan
penegasan ilmu pengetahuan dengan metodenya.
Bila dilihat dari segi metodologi dan psikologi maka seluruh ilmu
pengetahuan tersebut didasarkan pada:
1. Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus
2. Pengumpulan data yang terus menerus dan dilakuakan secara sistematis
3. Analisis data yang ditempuh
dengan berbagai cara.
4.
Penyusunan model-model atau teori-teori, serta penyusunan ramalan-ramalan
sehubungan dengan model itu.
5. Percobaan untuk menguji ramalan tersebut.
Percobaan
ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan, diantaranya: benar atau salah. Jika
terbukti salah, terbuka kemungkinan untuk mencari kesalahan berfikir, sehingga
terbuka juga kemungkinan untuk memperbaikinya. Dengan demikian ilmu pengetahuan
modern memiliki suatu sistem yang didalamnya terkandung mengoreksi diri, yang
memungkinkan ditiadakannya kesalahan demi kesalahan secara bertahap menuju
kebenaran.
Perkembangan pengetahuan sudah dimulai sejak zaman purba, hal tersebut
disebabkan karena manusia memiliki rasa ingin tahu yang terus berkembang,
sehingga pada zaman Yunani manusia sudah mulai menggunakan metode ilmiah yang
tidak hanya mengandalkan rasio semata tetapi juga haru dengan pengalaman
empirik sehingga apa yang mereka dapatkan dapat dibuktikan dan diterima oleh
umum.
Kelahiran ilmu alamiah modern mungkin saja terjadi pada zaman Yunani,
karena pada zaman inilah pendekatan kebenaran tertumpu pada rational approach
and empiric approach, yang selanjutnya menjadi cikal bakal perkembangan Ilmu
Pengetahuan yang pesat pada zaman modern.
2. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan
2.1 Pengertian Penelitian
Pengertian Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yaitu
research. Kata risearch berasal dari kata re yang artinya kembali dan to
research yang berati mencari. Maka dari itu pengertian penelitian itu sendiri
merupakan suatu upaya pencarian. Dimana yang dicari dalam suatu penelitian
adalah pengetahuan yang sebenar – benarnya. Dari mendapatkan pengetahuan
tersebut dapat dipakai sebagai pertannyaan dari suatu masalah tertentu. Ini
dikarenakan dalam melakukan suatu penelitian tidak dapat dilaksanakan apabila
tidak diawali dengan adanya ketidak tahuan.
Tentunya untuk mendapatkan suatu
jawaban dari suatu permasalahan maka haruslah dilakuan dengan cara penelitian.
Ada beberapa cara yang dapt dilakukan dalam melakukan suatu penelitian untuk
memperoleh jawaban dari suatu masalah yaitu pertama dengan jalam bertanya
kepada orang yang dianggap lebih memahami dan mempunyai otoritas dibidang
keilmuan tertentu. Apabila belum juga puas dengan jawaban yang diberikan maka
dapat pula dilakuakn dengan cara melalui akal sehat logika, intuisi, prasangka
atau coba-coba. Yang tentunya ini tidak dilakukan dengan melalui penalaran.
Tentunya ini berbada denga metode ilmiah yaitu suatu metode yang mengutamakan
keyakinan yangmana setiap gejala akan dicari hubungan sebab akibatnya serta kecendrungan
– kecenderungan yang timbul.
2.2 Hubungan Ilmu Dan Penelitian
- Menurut Almack (1930) hubungan antara ilmu dan penelitian adalah
seperti hasil dan proses.
- Menurut Whitney (1960) penelitian dan ilmu merupakan proses dan
hasilnya
adalah kebenaran.
·
Manfaat Penelitian
Dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan antara
penelitian dan ilmu, yakni keduanya berusaha mengungkapkan kebenaran ilmiah.
·
Kebenaran ilmiah
Suatu kebenaran ilmiah dapat diterima karena :
1.
Adanya koheran_________Konsisten
2.
Adanya koresponden______Berhubungan
3.
Pragmatis_________Sifat fungsional dalam kehidupan
praktis
·
Jenis - Jenis Penelitian
1.
Penelitian dasar / murni :
Pencarian terhadap sesuatu karena ada perhatian dan
keingintahuan terhadap hasil sesuatu aktivitas. Hasilnya : Pengetahuan umum,
yaitu alat untuk memecahkan masalah-masalah praktika.
2.
Penelitian Terapan
Penyelidikan yang hati-hati, sistematik dan terus
menerus terhadapa suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera
untuk keperluan sesuatu. Hasilnya : Aplikasi baru dari penelitian yang telah
ada.
·
Kualifikasi Penelitian
Whitney (1960) memberikan beberapa kriteria yang harus dimiliki penelitian
adalah sebagai :
1.
Daya nalar
2.
Originalitas
3.
Daya ingat
4.
Kewaspadaan
5.
Akurat
6.
Dapat bekerja sama
7.
Kesehatan
8.
Semangat
9.
Pandangan moral
·
Kriteria Metode Ilmiah
1.
Berdasarkan fakta
2.
Bebas dari prasangka
3.
Menggunakan prinsip-prinsip analisis
4.
Perumusan masalah, antara lain dengan menyusun
hipotesis
5.
Menggunakan ukuran obyektif
6.
Menggunakan teknik kuantitatif dan atau kualitatif
·
Tahapan Metode Ilmiah
1.
Memilih dan mendefinisikan masalah
2.
Survei data yang tersedia
3.
Merumuskan hipotesis (bila penelitian bertujuan
menguji hipotesis
4.
Menyusun kerangka analisa dan alat-alat dalam menguji
hipotesis
5.
Mengumpulkan data
6.
Mengolah, menganilsa dan membuat interpretasi
7.
Generalisasi dan membuat kesimpulan
8.
Membuat laporan penelitian
·
Unsur Pemikiran Ilmiah
1.
Observasi dengan tujuan tertentu
2.
Analisa sintesa
3.
Mengingat dan memunculkan kembali secara selektif
4.
Hipotesis (bila penelitian bertujuan menguji
hipotesis)
5.
Verifikasi terhadap inferensi
6.
Pemberian alasan
7.
Keputusan
·
Sifat Penelitian
1.
Bersifat kualitatif
2.
Bersifat Kuantitatif
Masalah utama yang biasa dihadapi para peneliti pemula adalah menentukan
metode penelitian yang paling tepat Qualitatif dan Quantitatif Jawabannya
tergantung pada masalah yang hendak diriset.
·
Qualitatif atau Quantitatif
Metodologi, yakni bagaimana mengumpulkan dan menganalisis data/informasi
berkenaan dengan topik penelitian, a.l:
1.
Jenis data yang dibutuhkan, Qualitatif dan
Quantitatif? (WHAT)
2.
Lokasi penelitian (WHERE)
3.
Bagaimana data/informasi dikoleksi (HOW)
4.
Bagaiamana data/informasi tersebut akan dianalisa.
2.3 Langkah-Langkah
Penelitian Ilmiah
Proses pelaksanaan penelitian ilmiah terdiri dari langkah-langkah yang juga
menerapkan prinsip metode ilmiah. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan
selama melakukan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:
1.
mengidentifikasi dan merumuskan masalah
2.
melakukan studi pendahuluan
3.
merumuskan hipotesis
4.
mengidentifikasi variabel dan definisi operasional
variabel
5.
menentukan rancangan dan desain penelitian
6.
menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian
7.
menentukan subjek penelitian
8.
melaksanakan penelitian
9.
melakukan analisis data
10. merumuskan
hasil penelitian dan pembahasan
11. menyusun
laporan penelitian dan melakukan desiminasi.
Berikut kita bahas setiap langkah-langkah penelitian ilmiah (scientific
research) itu, berikut ini.
·
Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah
Sebagaimana halnya dalam metode ilmiah, pada penelitian ilmiah juga harus
berangkat dari adanya permasalahan yang ingin pecahkan. Sebelum melaksanakan
penelitian ilmiah perlu dilakukan identifikasi masalah. Proses identifikasi
masalah penting dilakukan agar rumusan masalah menjadi tajam dan sebagai bentuk
data awal bahwa dalam penelitian ilmiah tersebut memang dibutuhkan pemecahan
masalah melalui penelitian. Identifikasi masalah dirumuskan bersesuaian
sebagaimana latar belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang ada di
lapangan. Identifikasi masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat
deklaratif, sementara rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya
(berbentuk pertanyaan).
·
Melakukan Studi Pendahuluan
Di dalam penelitian ilmiah, perlu dilakukan sebuah studi pendahuluan.
Peneliti dapat melakukannya dengan menelusuri dan memahami kajian pustaka untuk
bahan penyusun landasan teori yang dibutuhkan untuk menyusun hipotesis maupun
pembahasan hasil penelitian nantinya. Sebuah penelitian dikatakan bagus apabila
didasarkan pada landasan teori yang kukuh dan relevan. Banyak teori yang
bersesuaian dengan penelitian, namun ternyata kurang relevan. Oleh karenanya,
perlu dilakukan usaha memilah-milah teori yang sesuai. Selain itu studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui pengkajian kepustakaan akan dapat
membuat penelitian lebih fokus pada masalah yang diteliti sehingga dapat
memudahkan penentuan data apa yang nantinya akan dibutuhkan.
·
Merumuskan Hipotesis
Hipotesis perlu dirumuskan dalam sebuah penelitian ilmiah, lebih-lebih
penelitian kuantitatif. Dengan menyatakan hipotesis, maka penelitian ilmiah
yang dilakukan peneliti akan lebih fokus terhadap masalah yang diangkat. Selain
itu dengan rumusan hipotesis, seorang peneliti tidak perlu lagi direpotkan
dengan data-data yang seharusnya tidak dibutuhkannya, karena data yang
diambilnya melalui instrumen penelitian hanyalah data-data yang berkaitan
langsung dengan hipotesis. Data-data ini sajalah yang nantinya akan dianalisis.
Hipotesis erat kaitannya dengan anggapan dasar. Anggapan dasar merupakan
kesimpulan yang kebenarannya mutlak sehingga ketika seseorang membaca suatu
anggapan dasar, tidak lagi meragukan kebenarannya.
·
Mengidentifikasi Variabel dan Definisi Operasional
Variabel
Sebuah variabel dalam penelitian ilmiah adalah fenomena yang akan atau
tidak akan terjadi sebagai akibat adanya fenomena lain. Variabel penelitian
sangat perlu ditentukan agar masalah yang diangkat dalam sebuah penelitian
ilmiah menjadi jelas dan terukur. Dalam tahap selanjutnya, setelah variabel
penelitian ditentukan, maka peneliti perlu membuat definisi operasional
variabel itu sesuai dengan maksud atau tujuan penelitian. Definisi operasional
variabel adalah definisi khusus yang dirumuskan sendiri oleh peneliti. Definisi
operasional tidak sama dengan definisi konseptual yang didasarkan pada teori
tertentu.
·
Menentukan Rancangan atau Desain Penelitian
Rancangan penelitian sering pula disebut sebagai desain penelitian.
Rancangan penelitian merupakan prosedur atau langkah-langkah aplikatif
penelitian yang berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian ilmiah
bagi si peneliti yang bersangkutan. Rancangan penelitian harus ditetapkan
secara terbuka sehingga orang lain dapat mengulang prosedur yang dilakukan
untuk membuktikan kebenaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan peneliti.
·
Menentukan dan Mengembangkan Instrumen Penelitian
Apakah yang dimaksud dengan instrumen penelitian? Instrumen penelitian
merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya.
Beragam alat dan teknik pengumpulan data yang dapat dipilih sesuai dengan
tujuan dan jenis penelitian ilmiah yang dilakukan. Setiap bentuk dan jenis
instrumen penelitian memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Karena
itu sebelum menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian, perlu dilakukan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Salah satu kriteria pertimbangan yang dapat
dipakai untuk menentukan instrumen penelitian adalah kesesuaiannya dengan
masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Tidak semua alat atau instrumen
pengumpul data cocok digunakan untuk penelitian-penelitian tertentu.
·
Menentukan Subjek Penelitian
Orang yang terlibat dalam penelitian ilmiah dan berperan sebagai sumber
data disebut subjek penelitian. Seringkali subjek penelitian berkaitan dengan
populasi dan sampel penelitian. Apabila penelitian ilmiah yang dilakukan
menggunakan sampel penelitian dalam sebuah populasi penelitian, maka peneliti
harus berhati-hati dalam menentukannya. Hal ini dikarenakan, penelitian yang
menggunakan sampel sebagai subjek penelitian akan menyimpulkan hasil penelitian
yang berlaku umum terhadap seluruh populasi, walaupun data yang diambil hanya
merupakan sampel yang jumlah jauh lebih kecil dari populasi penelitian.
Pengambilan sampel penelitian yang salah akan mengarahkan peneliti kepada
kesimpulan yang salah pula.Sampel yang dipilih harus merepsentasikan populasi
penelitian.
·
Melaksanakan Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah proses pengumpulan data sesuai dengan desain
atau rancangan penelitian yang telah dibuat. Pelaksanaan penelitian harus
dilakukan secara cermat dan hati-hati karena kan berhubungan dengan data yang
dikumpulkan, keabsahan dan kebenaran data penelitian tentu saja akan menentukan
kualitas penelitian yang dilakukan.Seringkali peneliti saat berada di lapangan
dalam melaksanakan penelitiannya terkecoh oleh beragam data yang sekilas
semuanya tampak penting dan berharga. Peneliti harus fokus pada pemecahan
masalah yang telah dirumuskannya dengan mengacu pengambilan data berdasarkan
instrumen penelitian yang telah dibuatnya secara ketat. Berdasarkan cara
pengambilan data terhadap subjek penelitian, data dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu data langsung dan data tidak langsung. Data langsung adalah data
yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari sumber data (subjek
penelitian), sementara data tidak langsung adalah data yang diperoleh peneliti
tanpa berhubungan secara langsung dengan subjek penelitian yaitu melalui
penggunaan media tertentu misalnya wawancara menggunakan telepon, dan
sebagainya.
·
Melakukan Analisis Data
Beragam data yang terkumpul saat peneliti melaksanakan penelitian ilmiahnya
tidak akan mempunyai kana apapun sebelum dilakukan analisis. Ada beragam alat
yang dapat digunakan untuk melakukan analisis data, bergantung pada jenis data
itu sendiri. Bila penelitian ilmiah yang dilakukan bersifat kuantitatif, maka
jenis data akan bersifat kuantitatif juga. Bila penelitian bersifat kualitatif,
maka data yang diperoleh akan bersifat kualitatif dan selanjutnya perlu diolah
menjadi data kuantitatif. Untuk itu perlu digunakan statistik dalam pengolahan
dan analisis data.
·
Merumuskan Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada hakekatnya merumuskan hasil penelitian dan melakukan pembahasan adalah
kegiatan menjawab pertanyaan atau rumusan masalah penelitian, sesuai dengan
hasil analisis data yang telah dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan,
berarti peneliti melakukan interpretasi dan diskusi hasil penelitian.Hasil
penelitian dan pemabahasannya merupakan inti dari sebuah penelitian ilmiah.Pada
penelitian ilmiah dengan pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah
hipotesis itu dinyatakan diterima atau ditolak dan dibahas mengapa diterima
atau ditolak. Bila hasil penelitian mendukung atau menolak suatu prinsip atau
teori, maka dibahas pula mengapa demikian. Pembahasan penelitian harus
dikembalikan kepada teori yang menjadi sandaran penelitian ilmiah yang telah
dilakukan.
·
Menyusun Laporan Penelitian dan Melakukan Desiminasi
Seorang peneliti yang telah melakukan penelitian ilmiah wajib menyusun
laporan hasil penelitiannya. Penyusunan laporan dan desiminasi hasil penelitian
merupakan langkah terakhir dalam pelaksanaan penelitian ilmiah. Format laporan
ilmiah seringkali telah dibakukan berdasarkan institusi atau pemberi sponsor di
mana penelitia itu melakukannya. Desiminasi dapat dilakukan dalam bentuk
seminar atau menuliskannya dalam jurnal-jurnal penelitian. Ini penting
dilakukan agar hasil penelitian diketahui oleh masyarakat luas (masyarakat
ilmiah) dan dapat dipergunakan bila diperlukan.
DAFTAR RUJUKAN
Salam, Burhanuddin.2002.Pengantar Pedagogik.Jakarta:PT
Rineka Cipta
Adisasmita, Yusuf.1989.Hakekat, Filsafat dan
Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Masyarakat.Jakarta:Dirjen Dikti
Saifullah, Ali.1990.Filsafat dan Pendidikan.Surabaya:Usaha
Nasional
Tafsir, Ahmad.2007.Filsafat Ilmu.Bandung:PT
Remaja Rosdakarya
Aly, Abdullah, Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, Bumi
Aksara, Jakarta: 1994.
Bainar, Hajjah, dkk, Ilmu Sosial, Budaya dan Kealaman
Dasar, Jenki Satria, Jakarta: 2006.
Purnama, Heri, Ilmu Alamiah Dasar, Rinek Cipta,
Jakarta: 2008.
Roosmini, Mien, dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Semarang:
1990.
Salam, Burhanuddin, Sejarah Filsafat Ilmu dan
Teknologi,Rineka Cipta, Jakarta: 2000.
http://one.indoskripsi.com/content/definisi-filsafat
http://afrizal.wordpress.com/2007/07/10/pengertian-filsafat/
www.unhas.ac.id/rhiza/arsip/mystudents/…/Bab%204%20Sugianto.ppt
http://maydina.multiply.com/journal/item/552
http://arfan-exist.blogspot.co.id/2009/04/kelahiran-pengetahuan-alamiah-modern.html
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html
http://nyomanrinarta-physic.blogspot.co.id/2012/11/hubungan-filsafat-dengan-ilmu.html
https://cacapowerpuffgirls.wordpress.com/category/manusia-dan-ilmu-pengetahuan/
http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.html
http://sultoh.blogspot.com/2010/11/filsafat-itu-adalah-induk-semua-ilmu.html
http://sophiascientia.wordpress.com/apa-itu-filsafat-dan-filsafat-ilmu/
http://ardimasihkecil.blogdetik.com/2011/03/20/filsafat-sebagai-ilmu-pengetahuan/
http://rifkaputrika.wordpress.com/2013/03/29/iad/
http://infodaridesa.blogspot.co.id/2013/03/hubungan-ilmu-dan-penelitian.html
http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/