0
TUGAS PORTOFOLIO KE-4
Posted by Unknown
on
1/20/2015 09:30:00 PM
A. Ilmu Pengetahuan
Teknologi
dan Kemiskinan
1.
Ilmu
Pengetahuan
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Pengertian ilmu pengetahuan adalah
sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan kedalam
bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan
mengingat tentang sesuatu. dalam kata lain dapat kita ketahui definisi arti
ilmu yaitu sesuatu yang didapat dari kegiatan membaca dan memahami benda-benda
maupun peristiwa, diwaktu kecil kita belajar membaca huruf abjad, lalu
berlanjut menelaah kata-kata dan seiring bertambahnya usia secara sadar
atau tidak sadar sebenarnya kita terus belajar membaca, hanya saja yang dibaca
sudah berkembang bukan hanya dalam bentuk bahasa tulis namun membaca alam
semesta seisinya sebagai usaha dalam menemukan kebenaran. Dengan ilmu maka
hidup menjadi mudah, karena ilmu juga merupakan alat untuk menjalani kehidupan.
b. 4 Hal SikapIlmiah
Sikap ilmiah adalah sikap yang
seharusnya dimiliki oleh setiap ilmuwan dalam melakukan tugasnya (memelajari,
meneruskan, menolak/menerima serta mengubah/menambah suatu ilmu). Untuk
mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang
bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :Tidak ada perasaan yang
bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang obeyektif. Selektif,
artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung
oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada
Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap
indera dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu. Merasa pasti bahwa setiap
pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih
terbuka untuk dibuktikan kembali.
Beberapa sikap ilmiah lainnya
dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para
ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain :Sikap
ingin tahu : apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia
beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan
peristiea; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki
suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan
eksprimen.
Sikap kritis : Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang
kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak
merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah
pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.Sikap obyektif : Melihat sesuatu
sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh
pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan
menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.Sikap ingin menemukan: Selalu
memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan
eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan
konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya. Sikap menghargai karya
orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya,
menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.Sikap
tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang
hasilnya meragukan’ tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila
belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja
dengan teliti.
Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda
dengan apa yang diketahuinya. buka
menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.Lebih rinci lagi
Diederich mengidentifikasikan 20 komponen sikap ilmiah yakni sebagai
berikut:Selalu meragukan sesuatu. Percaya akan kemungkinan penyelesaian
masalah. Selalu menginginkan adanya verifikasi eksprimental.Tekun.Suka pada
sesuatu yang baru.Mudah mengubah pendapat atau opini. Loyal terhadap
kebenaran. ObjektifEnggan mempercayai takhyul. Menyukai penjelasan
ilmiah.Selalu berusaha melengkapi pengetahuan yang
dimilikinya. Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan. Dapat membedakan antara
hipotesis dan solusi. Menyadari perlunya asumsi. Pendapatnya bersifat
fundamental. Menghargai struktur teoritis. Menghargai kuantifikasi dapat menerima
penegrtian kebolehjadian dan, dapat menerima pengertian generalisasi.
2.
Teknologi
a. Pengertian Teknologi
Pengertian Teknologi Informasi
atau disingkat dengan TI atau dalam bahasa inggrisnya disebut dengan
Information Technology yang disingkat dengan IT. Dalam hal ini, pengertian
teknologi informasi merupakan istilah yang umum yang memberikan penjelasan
tentang segala teknologi yang dapat membantu manusia untuk menyimpan, membuat,
mengubah, mengkomunikasikan, dan juga menyebarkan informasi. Pengertian
teknologi informasi juga merupakan seperangkat sarana atau alat yang berguna
untuk membantu pekerjaan anda dengan informasi dan melaksanakan tugas yang ada hubungannya
dengan pemrosesan dalam informasi. Dijelaskan dalam pengertian TI (Teknologi
Informasi) ini bahwa Teknologi Informasi tersebut sebagai sarana atau alat yang
dipakai dalam melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan informasi. Di
pengertian TI tersebut juga dijelaskan bahwa hasil informasi yang diolah
tersebut prosesnya memakai suatu alat. Alat tersebut yaitu berupa komputer dan
juga program-progamnya.
b. Ciri-ciri fenomena teknik masyarakat
Rasionalitas, artinya tindakan
spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan
perhitungan rasional.Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan
tidak alamiah..
Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan
secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan
non teknis menjadi kegiatan teknis.Teknik berkembang pada suatu kebudayaan. Monisme,
artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung. Universalisme,
artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ideologi, bahkan dapat
menguasai kebudayaan. Otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip
sendiri.
c. Ciri-Ciri Teknologi
Barat
Ciri-ciri teknologi barat adalah
sebagai berikut : Bersifat Intensif pada semua kegiatan manusia. Cenderung
bergantung pada sifat ketergantungan.
Selalu berpikir bahwa barat adalah pusat dari segala teknologi.
d. Pengertian Ilmu Pengetahuan,
Teknologi
dan Nilai
Ilmu
Pengetahuan, yaitu : sesuatu yang secara teratur diperoleh dengan pangkal
tumpuan tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan
akumulatif serta memiliki arti atau makna tersendiri bagi penerimanya.
Teknologi,
yaitu: sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi, menyangkut cara
bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan
untuk merealisasi tujuan produksi.
Nilai
adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia.
3. Kemiskinan
a.
Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal
antara lain rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu
pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan
rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah
dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan,
layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya. Secara
etimologis “kemiskinan” berasal dari kata “miskin” yang artinya tidak berharta
benda dan serba kekurangan. Departemen Sosial dan Biro Pusat Statistik,
mendefinisikan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar
minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos,2002). Sedangkan pengertian
kemiskinan menurut para ahli antara lain:
a. Menurut Amartya
Sen
Seseorang
dikatakan miskin bila mengalami "capability deprivation"
dimana seseorang tersebut mengalami kekurangan kebebasan yang substantif.
Menurut Bloom dan Canning, kebebasan substantif ini memiliki dua sisi:
kesempatan dan rasa aman. Kesempatan membutuhkan pendidikan dan keamanan
membutuhkan kesehatan. Amartya Sen, seperti dikutip dari Bloom dan Canning
(2001, The Health and Poverty of Nations: From Theory to Practice,
School of Public Health, Harvard University, Boston and Dept. of Economics,
Queens University, Belfast).
b. Menurut
Suparlan
Keadaan serba kekurangan harta benda
dan benda berharga yang diderita oleh seseorang atau sekelompok orang yang
hidup dalam lingkungan serba miskin atau serba kekurangan modal, uang, pengetahuan,
kekuatan sosial, fisik, hukum, maupun akses terhadap fasilitas pelayanan umum,
kesempatan kerja dan berusaha.
c. Menurut
Parwoto
Suatu situasi atau kondisi yang dialami oleh seseorang atau
kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan sampai suatu taraf yang
dianggap manusiawi.
d. Menurut Soerjono Soekanto
Kemiskinan diartikan sebagai suatu
keadaan dimana seseorang tidak sanggup memlihara dirinya sendiri
sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga
mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut." Soerjono Soekanto,
(1982, Sosiologi: suatu Pengantar, Rajawali Press).
b. Ciri-ciri Manusia yang Hidup dibawah
Garis Kemiskinan
Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
-
Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti
tanah, modal, ketrampilan, dan lain-lain.
-
Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset
produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau
modal usaha.
-
Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat
SD.
-
Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
-
Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak
mempunyai keterampilan.
c. Fungsi Kemiskinan
Fungsi-Fungsi Orang Miskin
1. Menyediakan
tenaga kerja untuk pekerjaan kotor, tidak terhormat, berat, berbahaya, tetapi
di bayar murah.
2. Menambah atau memperpanjang nilai guna barang
atau jasa. Baju bekas yang sudah tidak terpakai dapat di jual (atau dengan
bangga di katakan ”di infakan”) kepada orang-orang miskin.
3. Mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi yang menguntungkan
orang-orang kaya. Pegawai-pegawai kecil, karena di bayar murah, petani tidak
boleh menaikan harga beras mereka untuk mensubsidi orang-orang kota.
4. Menyediakan
lapangan kerja, karena ada orang miskin lahirlah pekerjaan tukang kredit
(barang atau uang) aktivis-aktivis LSM (yang menyalurkan dana dari badan-badan
internasional lewat para aktivis yang belum mendapatkan pekerjaan kantor)
belakangan kita tahu bahwa tidak ada komunitas yang paling laku di jual oleh
negara ketiga di pasaran internasional selain kemiskinan.
5. Memperteguh
status sosial orang-orang kaya, perhatikan jasa orang miskin pada perilaku
orang-orang kaya baru. Sopir yang menemaninya memberikan label bos kepadanya.
Nyonya-nyonya dapat menunjukan kekuasaannya dengan memerintah inem-inem
(pembantu) mengurus rumah tangganya.
B.
AGAMA DAN MASYARAKAT
1.
Fungsi Agama
a. Fungsi Agama dalam
Masyarakat
Agama merupakan salah satu prinsip
yang (harus) dimiliki oleh setiap manusia untuk mempercayai Tuhan dalam
kehidupan mereka. Tidak hanya itu, secara individu agama bisa digunakan untuk
menuntun kehidupan manusia dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari. Namun,
kalau dilihat dari secara kelompok atau masyarakat, bagaimana kita memahami
agama tersebut dalam kehidupan masyarakat?.
Prof. Dr. H. Jalaluddin dalam
bukunya Psikologi Agama membantu kita memahami beberapa fungsi agama dalam
masyarakat, antara lain:
- Fungsi Edukatif (Pendidikan). Ajaran
agama secara yuridis (hukum) berfungsi menyuruh/mengajak
dan melarang yang harus dipatuhi agar pribagi penganutnya menjadi baik dan
benar, dan terbiasa dengan yang baik dan yang benar menurut ajaran agama
masing-masing.
- Fungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada, dia
selalu menginginkan dirinya selamat. Keselamatan yang diberikan oleh agama
meliputi kehidupan dunia dan akhirat. Charles Kimball dalam bukunya Kala
Agama Menjadi Bencana melontarkan kritik tajam terhadap agama monoteisme (ajaran
menganut Tuhan satu). Menurutnya, sekarang ini agama tidak lagi berhak
bertanya : Apakah umat di luat agamaku diselamatkan atau tidak? Apalagi
bertanya bagaimana mereka bisa diselamatkan? Teologi (agama)
harus meninggalkan perspektif (pandangan) sempit
tersebut. Teologi mesti terbuka bahwa Tuhan mempunyai
rencana keselamatan umat manusia yang menyeluruh. Rencana itu tidak pernah
terbuka dan mungkin agamaku tidak cukup menyelami secara sendirian. Bisa
jadi agama-agama lain mempunyai pengertian dan sumbangan untuk menyelami
rencana keselamatan Tuhan tersebut. Dari sinilah, dialog antar agama bisa
dimulai dengan terbuka dan jujur serta setara.
- Fungsi Perdamaian. Melalui tuntunan agama
seorang/sekelompok orang yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian
batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta dan Alloh. Tentu
dia/mereka harus bertaubat dan mengubah cara hidup.
- Fungsi Kontrol Sosial. Ajaran agama membentuk
penganutnya makin peka terhadap masalah-masalah sosial seperti,
kemaksiatan, kemiskinan, keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Kepekaan
ini juga mendorong untuk tidak bisa berdiam diri menyaksikan kebatilan
yang merasuki sistem kehidupan yang ada.
- Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas. Bila
fungsi ini dibangun secara serius dan tulus, maka persaudaraan yang kokoh
akan berdiri tegak menjadi pilar "Civil Society"
(kehidupan masyarakat) yang memukau.
- Fungsi Pembaharuan. Ajaran agama dapat mengubah
kehidupan pribadi seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan
fungsi ini seharusnya agama terus-menerus menjadi agen perubahan
basis-basis nilai dan moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
- Fungsi Kreatif. Fungsi ini menopang dan
mendorong fungsi pembaharuan untuk mengajak umat beragama bekerja
produktif dan inovatif bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi
orang lain.
- Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan
emosi). Ajaran agama mensucikan segala usaha manusia, bukan saja yang
bersifat agamawi, melainkan juga bersifat duniawi. Usaha manusia selama
tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang
tulus, karena untuk Alloh, itu adalah ibadah.
b. Dimensi Komitmen Agama
Menurut Roland Robertson dimensi komitmen agama terbagi
menjadi:
• Dimensi keyakinan mengandung perkiraan/ harapan bahwa
orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu.
• Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu perbuatan untuk
melaksanakan komitmen agama secara nyata.
• Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan bahwa orang-orang yang
bersikap religius akan memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan
dan upacara keagamaan, kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan mereka.
• Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan
tingkah laku perseorangan.
• Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua
agama mempunyai perkiraan tertentu
2. Pelembagaan Agama
a. 3 Tipe Kaitan Agama dengan
Masyarakat
Kaitan agama
dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan
sebenarnya secara utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954), yaitu:
1. Masyarakat yang terbelakang
dan nilai- nilai sakral
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan
terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang sama. Oleh karenanya
keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok keagamaan adalah sama.
2. Masyarakat- masyarakat pra- industri yang sedang berkembang
Keadaan masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan
teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan
ikatan kepada sistem nilai dalam tipe masyarakat ini. Dan fase kehidupan sosial
diisi dengan upacara- upacara tertentu.
3. Masyarakat- masyarakat
industri sekular
Masyarakat industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin
berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian-
penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian-
penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi mempunyai konsekuensi penting bagi agama, Salah satu akibatnya
adalah anggota masyarakat semakin terbiasa menggunakan metode empiris
berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan,
sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas. Watak masyarakat
sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak terlalu memberikan tanggapan
langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama, praktek agama, dan kebiasaan-
kebiasaan agama peranannya sedikit.
b. Pelembagaan Agama
Agama begitu universal, permanen (langgeng) dan mengatur
dalam kehidupan, sehingga bila tidak memahami agama, akan sukar memahami
masyarakat. Agama melalui wahyunya atau kitab sucinya memberikan petunjuk
kepada manusia guna memenuhi kebutuhan mendasar, yaitu selamat dunia dan di
akhirat, di dalam perjuangannya tentu tidak boleh lalai. Untuk kepentingan
tersebut perlu jaminan yang memberikan rasa aman bagi pemeluknya. Maka agama
masuk dalam sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu yang rutin. Agama menjadi
salah satu aspek kehidupan semua kelompok sosial, merupakan fenomena yang
menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia, keluarga, kelompok kerja, yang
dalam beberapa hal penting bersifat keagamaan. Dan terbentuklah organisasi
keagamaan untuk mengelola masalah keagamaan. Yang semula terbentuk dari
pengalaman agama tokoh kharismatik pendiri organisasi, kemudian menjadi
organisasi kegamaan yang terlembaga. Lembaga keagamaan berkembang sebagai pola
ibadah, ide- ide, ketentuan (keyakinan), dan tampil sebagai bentuk asosiasi
atau organisasi. Tampilnya organisasi agama akibat adanya kedalaman beragama,
dan mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal alokasi fungsi, fasilitas,
produksi, pendidikan dan sebagainya.
C.
Konflik Agama di dalam Masyarakat di Indonesia
Contohnya yaitu konflik di POSO
KONFLIK POSO
Ada fakta sejarah yg sangat menarik
bahwa gerakan kerusuhan yg dimotori oleh umat Kristen di mulai pada awal
Nopember 1998 di Ketapang Jakarta Pusat dan pertengahan Nopember 1998 di Kupang Nusa Tenggara Timur
kemudian disusul dgn peristiwa
penyerengan umat Kristen terhadap umat Islam di Wailete Ambon pada
tanggal 13 Desember 1998. Dan 2500 massa Kristen di bawah pimpinan Herman
Parino dgn bersenjata tajam dan panah
meneror umat Islam di Kota Poso Sulawesi Tengah pada tanggal 28 Desember 1998.
Apakah peristiwa ini realisasi dari pidato Jendral Leonardo Benny Murdani di
Singapura dan ceramah Mayjend. Theo Syafei di Kupang Nusa Tenggara Timur?
Tetapi yg jelas Presiden B.J. Habibie yg menurut L.B. Murdani lbh berbahaya
dari gabungan Khomaeni Saddam Husein dan Khadafi baru berkuasa 6 bulan saja
sehingga perlu digoyang dan kalau perlu dijatuhkan. Apabila fakta-fakta ini
dikembangkan dgn lepasnya Timor-Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
Gerakan Papua Merdeka dan Gerakan Aceh Merdeka serta tulisan Huntington 1992
setelah Uni Sovyet yg menyatakan bahwa musuh yg paling berbahaya bagi Barat sekarang adalah umat
Islam; dan tulisan Jhon Naisbit dalam bukunya Megatrend yg menyatakan bahwa
Indonesia akan terpecah belah menjadi 28 negara kecil-kecil; maka dapat disimpulkan
bahwa peristiwa kerusuhan-kerusuhan tersebut adalah suatu rekayasa
Barat-Kristen utk menghancurkan umat Islam Indonesia penduduk mayoritas mutlak
negeri ini. Kehancuran umat Islam Indonesia berarti kehancuran bangsa Indonesia
dan kehancuran bangsa Indonesia berarti kehancuran/kemusnahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Oleh karena itu penyelesaian kerusuhan/konflik Indonesia
khususnya Poso tidak sesederhana sebagaimana yg ditempuh oleh Pemerintah RI
selama ini sehingga tiga tahun konflik itu berlangsung tidak menunjukkan tanda-tanda
selesai malah memendam “bara api dalam sekam”. Hal ini bukan saja ada strategi
global di mana kekuatan asing turut bermain tetapi ada juga ikatan agama yg
sangat emosional turut berperan. Sebab agama menurut Prof. Tilich “Problem of
ultimate Concern” sehingga tiap orang pasti terlibat di mana obyektifitas dan
kejujuran sulit dapat diharapkan. Karenanya penyelesaian konflik Poso dgn
dialog dan rekonsiliasi bukan saja tidak menyelesaikan konflik tersebut
sebagaimana pernah ditempuh tetapi malah memberi peluang kepada masing-masing
pihak yg berseteru utk konsolidasi kemudian meledak kembali konflik tersebut
dalam skala yg lebih luas dan sadis. Konflik yg dilandasi kepentingan agama
ditambah racun dari luar apabila diselesaikan melaluirekonsiliasi seperti kata
pribahasa bagaikan membiarkan “bara dalam sekam” yg secara diam-diam tetapi
pasti membakar sekam tersebut habis musnah menjadi abu. Pada tanggal 20 Agustus
2001 umat Islam yg sedang memetik cengkeh di kebunnya di desa Lemoro Kecamatan
Tojo Kabupaten Poso diserang oleh 50-60 orang umat Kristen yg berpakaian hitam-hitam membunuh dua orang
Muslim dan mengobrak-abrik rumah-rumah orang Islam. Pengungsi Laporan US
Comitte of Refugees tentang Indonesia yg diterbitkan Januari 2001 menyebutkan
dalam kerusuhan/konflik Poso yg terjadi selama tiga tahun belakangan ini pihak Muslim telah menderita
secara tidak seimbang. Dalam laporan itu disebutkan jumlah pengungsi akibat
konflik Poso kini sebanyak hampir 80.000 orang dan diperkirakan 60.000 orang adalah
Muslim.
Sumber :