0

Tugas "Metode Penelitian" Portofolio 1

Posted by Unknown on 10/02/2015 11:16:00 PM


1.     FALSAFAH ILMU PENGETAHUAN
     Filsafat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan karena filsafat merupakan induk dari semua ilmu pengetahuan dan mempunyai peranan yang mendasar dalam sebuah pendidikan. Keberadaan filsafat yang berasal dari pemikiran seseorang yang dapat mempengaruhi aspek hidup manusia secara tidak perseorangan diakui keberadaannya, dikarenakan sifatnya yang sangat rasional dan merupakan buah pemikiran yang berdasarkan empiris yang dilakukan oleh para filosof sehingga menghasilkan suatu kebenaran yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan yang nyata.
     Sasaran filsafat berbeda dengan sasaran ilmu pengetahuan. Kedua hal tersebut penting karena setiap ilmu membutuhkan filsafatnya. Ada ilmu hukum ada pula filsafat hukum, ada ilmu pendidikan ada pula filsafat pendidikan. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dari keduanya. Berfilsafat adalah dorongan untuk mengetahui apa yang diketahui dan apa yang belum diketahui.
    Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandang yang menjadi dasar suatu tindakan. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak belakang dari pengembangan filsafat. Awal mula filsafat terdiri dari tiga segi, yaitu apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika); Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika); Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang utama itu berkembang menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain mencakup epistemologi (Filsafat Pengetahuan), etika (Filsafat Moral) estetika (Filsafat Seni), metafisika, politik (Filsafat Pemerintahan), filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah dan filsafat matematika
     Ilmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari konsep-konsep dan norma-norma filsafat, namun demikian ketika ilmu tersebut mengalami pertentangan-pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai induk dari ilmu tersebut. Filsafat sering disebut para ahli sebagai induk dari semua ilmu pengetahuan dikarenakan ilmu-ilmu tersebut selalu berkaitan dengan filsafat sebagai sumber acuan.
          Filsafat adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang ada di alam semesta dan merupakan induk dari ilmu pengetahuan, serta membahas 3 hal penting yaitu Tuhan (Teologi), Manusia (Humanologi) dan Alam (Kosmologi).
      Ciri ilmu filsafat yang membedakan dengan ilmu lain adalah filsafat membahas ilmu secara sinopsis (menyeluruh), filsafat itu mendasar (radikal) atau membahas tuntas dari awal, filsafat selalu menanyakan sesuatu dibalik persoalan yang dihadapi dan dipelajari oleh ilmu (spekulatif) tersebut, menetapkan dan mengendalikan pada pikiran rasional dan berusaha mencari kebenaran. Beberapa aliran filsafat yang merupakan pemikiran-pemikiran para pilosof dan berkembang dalam masyarakat dan mempraktekkannya, seperti Empirisme yaitu menekankan pada pengalaman dan penghayatannya terhadap duniadan kehidupan. Rasionalisme yaitu pemikiran dan pertimbangan terhadap akal sehat. Idealisme yaitu pemikiran yang berdasarka ide, materi, dan perkembangan pada pemikiran jiwa dan raga.

1.1  PENGERTIAN FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
a.      Pengertian Filsafat
     Dalam berbagai pemikiran terdapat banyak pengertian tentang filsafat. Secara etimologis filsafat berasal dari kata “philos” yang artinya love (cinta) dan “sophia” artinya wisdom (kebijaksanaan-kearifan). Jadi filsafat dapat diartikan cinta secara mendalam terhadap kebijaksanaan, cinta akan kearifan (Salam,2002:33). Menurut Henderson filsafat dapat berarti sebagai pendirian hidup, sebagai pandangan hidup. Misalnya falsafah Pancasila merupakan pandangan atau pendirian hidup bagi bangsa Indonesia.
     J.A Leighton mendefinisikan filsafat sebagai “a world-view, or rasoned conception of the whole cosmos, and a lifeview, or doctrine of values, meanings, and purpose of human life”. Dari definisi ini pengertian filsafat adalah system atau sistematika filsafat yaitu metafisika, etika dan logika yang atinya secara berturut adalah teori tentang kosmologi dan ontology.
    Theodore Brameld dalam bukunya menyatakan salah satu definisi filsafat adalah “the discipline conserred with the formulation of procise meaning” dimana menimbulkan kemungkinan salah satu istilah yang sama diartikan berbeda dan sebaliknya.
Webster mendefinisikan filsafat itu sebagai “love of wisdom” dan sebagai “ilmu pengetahuan yang menyelidiki fakta, dan prinsip-prinsip kenyataan hakekat dan kelakuan manusia”. (Yusuf,1989:34)

b.      Pengertian Ilmu Pengetahuan
     J. Haberer 1972  : Suatu hasil aktivitas manusia yang    merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi   pranata  dalam masyarakat.
     J.D. Bernal 1977 : Suatu pranata atau metode yang    membentuk keyakinan mengenai alam semesta dan    manusia.
     E. Cantote 1977 : Suatu hasil aktivitas manusia yang    mempunyai makna dan metode.1977 -1992
    E.F. Schumacher  :  The perfections of science are   purely practical-the objective practical the objective, i.e.   independent of character and interests of the operator, measurable, recordable and repeatable.
      Prof. Burr :  Like the fields of physics, sciences are part   of the organization of the universe and are influenced by the   fast forces of space .
      Cambridge-Dictionary 1995 : Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai   objek dan tujuan tertentu dengan sistim, metode untuk berkembang serta berlaku universal yang dapat diuji    kebenarannya.
   Menurut Sutrisno Hadi, ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur.
       Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kdudukannya tampak dari luar, amupun menurut hubungannya dari dalam
    Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak
       Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana
    Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
       Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah : Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia. Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
     Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.

1.2  Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
      Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan. Antara definisi fisafat dengan ilmu pengetahuan lebih hampir mirip namun kalau kita menyimak bahwa di dalam definisi ilmu pengetahuan lebih menyoroti kenyataan tertentu yang menjadi kompetensi bidang ilmu pengetahuan masing-masing, sedangkan filsafat lebih merefleksikan kenyataan secara umum yang belum dibicarakan di dalam ilmu pengetahuan.Walaupun demikian, ilmu pengetahuan tetap berasal dari filsafat sabagai induk dari semua ilmu pengetahuan yang berdasarkan kekaguman atau keheranan yang mendorong rasa ingin tahu untuk menyelidikinya, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan. Wibisono (1997 : x) pada Artikel kunci “Gagasan Strategik Tentang Kultur Keilmuan Pada Pendidikan Tinggi”, yang mengambil pendapat H.J. pos, beliau menandaskan bahwa abad ke-19 dan 20, dan bahkan sampai sekarang, diidentifikasi sebagai suatu abad yang ditandai oleh dominasinya peran ilmu pengetahuan dalam kehidupan umat manusia.
     Dominasi ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia memang tidak dapat dipungkiri. Betapa tidak, dominasi ini paling kurang membawa pengaruh dan manfaat bagi manusia, atau justru berpengaruh negatif dan membawa malapetaka. Seperti yang diungkapkan Ridwan Ahmad Syukuri (1997: 18-19), ilmu yang berorientasi pada kepentingan pragmatis, orientasi duniawi, atau mengesampingkan yang transenden, akan membawa malapetaka bagi kemanusiaan pada umumnya. Ilmu dinilai bukan karena dirinya sendiri, tetapi nilai ilmu pengetahuan berada dalam kesanggupannya membuat kehidupan lebih bernilai dan memberikan kebahagiaan, demi kebutuhan untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan manusia, maka bentuk ilmu itu memberikan kemanfaatan.
     Selanjutnya, dalam bukunya yang berjudul Efistimologi Dasar, J. Sudarminta mengatakan bahwa ciri-ciri hakiki manusia yaitu: kepastian mutlak tentang kebenaran segala pengetahuan kita memang tidak mungkin, sebab manusia adalah makhluk contingent dan fallible. Tetapi ini tidak berarti bahwa semua pengetahuan manusia pantas dan perlu dipergunakan kebenarannya. Maka, skeptisisme mutlak pantas ditolak.
   Subjek berperan aktif dalam kegiatan mengetahui dan tidak hanya bersifat pasif menerima serta melaporkan objek apa adanya. Tetapi ini tidak berarti bahwa pengetahuan manusia melulu bersifat subjektif. Maka, subjektivisme radikal juga pantas disangkal.
     Pengetahuan manusia memang bersifat rasional dan kontekstual, tetapi itu tidak berarti bahwa objektivitas dan universalitas opengetahuan menjadi tidak mungkin. Menurtu Sudarminta (2002: 60) pelbagai bentuk relativisme ilmu pengetahuan, walaupun punya sumbangan yang berharga, merupakan suatu pandangan tentang pengetahuan yang tidak bisa diterima.

1.3  Manusia dan Ilmu Pengetahuan
     Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia Berfikir, dengan Berfikir manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas Berfikir, oleh karena itu sangat wajar apabila Berfikir merupakan konsep kunci dalam setiap diskursus mengenai kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa tanpa Berfikir, kemanusiaan manusia  pun tidak punya makna bahkan mungkin tak akan pernah ada.
     Berfikir juga memberi kemungkinan manusia untuk memperoleh pengetahuan, dalam tahapan selanjutnya pengetahuan itu dapat menjadi fondasi penting bagi kegiatan berfikir yang lebih mendalam. Ketika Adam diciptakan dan kemudian ALLAH mengajarkan nama-nama, pada dasarnya mengindikasikan bahwa Adam (Manusia) merupakan Makhluk yang bisa Berfikir dan berpengetahuan, dan dengan pengetahuan itu Adam dapat melanjutkan kehidupannya di Dunia. Dalam konteks yang lebih luas, perintah Iqra (bacalah) yang tertuang dalam Al Qur’an dapat dipahami dalam kaitan dengan dorongan Tuhan pada Manusia untuk berpengetahuan disamping kata Yatafakkarun (berfikirlah/gunakan akal) yang banyak tersebar dalam Al Qur’an. Semua ini dimaksudkan agar manusia dapat berubah  dari tidak tahu menjadi tahu, dengan tahu dia berbuat, dengan berbuat dia beramal bagi kehidupan. semua ini pendasarannya adalah penggunaan akal melalui kegiatan berfikir. Dengan berfikir manusia mampu mengolah pengetahuan, dengan pengolahan tersebut, pemikiran manusia menjadi makin mendalam dan makin bermakna, dengan pengetahuan manusia mengajarkan, dengan berpikir manusia mengembangkan, dan dengan mengamalkan serta mengaplikasikannya manusia mampu melakukan perubahan dan peningkatan ke arah kehidupan yang lebih baik, semua itu telah membawa kemajuan yang besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia (sudut pandang positif/normatif).
     Kemampuan untuk berubah dan perubahan yang terjadi pada manusia merupakan makna pokok yang terkandung dalam kegiatan Berfikir dan berpengetahuan. Disebabkan kemampuan Berfikirlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh dibanding makhluk lainnya, sehingga dapat terbebas dari kemandegan fungsi kekhalifahan di muka bumi, bahkan dengan Berfikir manusia mampu mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. Semua itu, pada dasarnya menggambarkan keagungan manusia berkaitan dengan karakteristik eksistensial manusia sebagai upaya memaknai kehidupannya dan sebagai bagian dari Alam ini.
     Dalam konteks perbandingan dengan bagian-bagian alam lainnya, para akhli telah banyak mengkaji perbedaan antara manusia dengan makhluk-makhluk lainnya terutama dengan makhluk yang agak dekat dengan manusia yaitu hewan. Secara umum komparasi manusia dengan hewan dapat dilihat dari sudut pandang Naturalis/biologis dan sudut pandang sosiopsikologis. Secara biologis pada dasarnya manusia tidak banyak berbeda dengan hewan, bahkan Ernst Haeckel (1834 – 1919) mengemukakan bahwa manusia dalam segala hal sungguh-sungguh adalah binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui, demimikian juga Lamettrie (1709 – 1751) menyatakan bahwa tidaklah terdapat perbedaan antara binatang dan manusia dan karenanya manusia itu adalah suatu mesin.
     Kalau manusia itu sama dengan hewan, tapi kenapa manusia bisa bermasyarakat dan berperadaban yang tidak bisa dilakukan oleh hewan ?, pertanyaan ini telah melahirkan berbagai pemaknaan tentang manusia, seperti manusia adalah makhluk yang bermasyarakat (Sosiologis), manusia adalah makhluk yang berbudaya (Antropologis), manusia adalah hewan yang ketawa, sadar diri, dan merasa malu (Psikologis), semua itu kalau dicermati tidak lain karena manusia adalah hewan yang berfikir/bernalar (the animal that reason) atau Homo Sapien.
    Dengan memahami uraian di atas, nampak bahwa ada sudut pandang yang cenderung merendahkan manusia, dan ada yang mengagungkannya, semua sudut pandang tersebut memang diperlukan untuk menjaga keseimbangan memaknai manusia. Blaise Pascal (1623 – 1662) menyatakan bahwa adalah berbahaya bila kita menunjukan manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat binatang dengan tidak menunjukan kebesaran manusia sebagai manusia. Sebaliknya adalah bahaya untuk menunjukan manusia sebagai makhluk yang besar dengan tidak menunjukan kerendahan, dan lebih berbahaya lagi bila kita tidak menunjukan sudut kebesaran dan kelemahannya sama sekali (Rasjidi. 1970 : 8).
   Setiap manusia selalu didesak untuk mendapatkan suatu cara dan metode tertentu agar dapat menyelaraskan aspek kultural yang terdapat pada masyarakat dalam suatu tempat tinggal yang selalu dipengaruhi letak geografis, iklim serta kondisi lingkungan tempat tersebut. Sehingga diperlukannya suatu penyelarasan terhadap keadaan sekitar sehingga menjadi suatu kepribadian masyarakat tersebut, karena jika tidak maka akan hancurlah kepribadiannya. Dan hal – hal tersebut diatas didorong oleh faktor kebutuhan manusia untuk bertahan hidup. Untuk memperoleh kebutuhan dan mensejahterakan kehidupan dalam masyarakat yang beradab maka dibutuhkan suatu Ilmu. Manusia merupakan mahluk cerdas yang diciptakan lengkap dengaan segala atributnya ‘akal” yang dapat mendorong rasa ingin tahunya selalu berkembang. Berbeda dengan rasa ingin tahu yang dimiliki oleh binatang yang didorong oleh naluri dan instingnya saja atau incouriorcity, rasa ingin tahu yang dimilik oleh manusia ”couriorcity” selalu berkembang sesuai dengan kebutuhannya. Dengan kata lain, manusia merupakan satu – satunya binatang berakal yang mengembangkan pengetahuannya dalam konsep keilmuan secara harmonis dan berkesinambungan.
     Binatang pun pada dasararnya memiliki pengetahuan, tetapi pengetahuan yang terdorong oleh binatang hanya terbatas pada naluri bertahan hidup (survival) dan melestarikan diri dengan cara bereproduksi. Manusia berbeda dengan binatang yang memiliki pengetahuan serta dikembangkan secara terus – menerus lebih dari sekedar pemuas dalam memenuhi kebutuhan bagi kelangsungan hidupnya, karena manusia memikirkan hal – hal baru, manusia mengembangkan ilmu pengetahuan untuk peradaban dalam kehidupannya dan memberi makna dalam hidupnya. Sebagai contoh sederhana bahwa manusia zaman dahulu hidup dengan cara berpindah – pindah “nomaden” dari suatu tempat ke tempat berikutnya untuk berburu. Tetapi dengan ilmu dan sebuah pengalaman yang dimiliki maka manusia mencoba hidup dengan cara menetap dan mencoba bercocok tamam serta berternak. Dalam hal ini manusia selalu berkembang secara pola pikir, pola hidup serta peradaban yang telah dibangunnya sehingga memiliki tujuan hidup yang lebih tinggi dan beradab.
     Ilmu pengetahuan yang dimilki oleh manusia pada dasarnya dikembangkan dengan cara ;  (1). menginformasikannya melalui alat komunikasi “bahasa”. Dengan bahasa maka ilmu yang ada dalam pikiran dapat diinformasikannya atau dapat divisualisasikan. Dan (2). Karena manusia memiliki akal dan pikiran yang dibangun oleh nalar atau sebuah alur kerangka berfikirnya. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang selalu diciptakan manusia demi mensejahterakan dan mempermudah proses hidupnya.Seperti filsafat, sains, teknologi, sastra serta ilmu pengetahuan lainnya.
         Ilmu pengetahuan memiliki posisi dan kedudukan yang sangat penting dalam menopang kesejahteraan umat manusia karena dengan ilmu pengetahuan maka manusia selain dapat mensejahterakan hidupnya dan mencari nilai – nilai hakiki serta memaknai arti sebuah kehidupan dalam hidupnya. Ilmu pengetahuan yang tercipta dengan tujuan kesejahteraan serta mencari kebenaran – kebenaran akan makna sebuah hidup yang selalu berkembang desebabkan karena manusia itu sendiri secara berkelompok merupakan masyarakat pembelajar yang selalu belajar dari sebuah pengalaman – pengalaman sebelumnya dan belajar dari apa – apa yang dilihatnya, didengarnya, dirasakannya serta dilakukannya. Sedangkan secara personal ‘individu”, manusia itu pun merupakan binatang “berakal” pembelajar yang baik dan selalu bersifat dinamis.
Sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya, manusia diberi oleh Tuhan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya yaitu akal dan daya nalar. Kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar itu dimungkinkan pada manusia karena ia memiliki susunan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak berbagai jenis makhluk hidup lainnya.  Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu terus berusaha untuk menambah dan mengumpulkan llmu pengetahuannya. Ilmu pengetahuan yang didapatkan adalah untuk memelihara bumi ini dari segala kerusakan, karena manusia diutus untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Manusia mendapatkan ilmu pengetahuan dari pengalaman yang didapatkannya ( empiris ) dan juga logika yang mereka miliki (rasional) dari pengalaman tersebut manusia terus-terusan mengolahnya dengan cara berpikir sehingga menghasilkan suatu ilmu pengetahuan. Manusia yang cerdas akan mampu menggali kumpulan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola muka bumi ini. Namun, tidak selamanya pengetahuan yang diperoleh manusia ini bermanfaat, ada juga pengetahuan yang ternyata menimbulkan suatu permasalahan ataupun mudarat.
      Di dalam Islam, orang-orang yang berilmu dan beriman akan mendapat martabat yang tinggi di sisi Allah swt, kekayaan terbesar dalam islam adalah pengetahuan dan hikmah maka doa yang dimintakan Allah agar kita mohonkan kepada-Nya ialah untuk menambah pengetahuan. Oleh karena itu, dalam Islam menuntut ilmu hukumnya wajib sehingga dapat menyebarluaskan ilmu tersebut kepada orang Dlain. Di dalam hidup agar dapat membuat keputusan yang benar juga harus diiringi dengan pengetahuan sehingga terwujud kehidupan yang baik. Pengelolaan sumber daya alam juga harus diiringi dengan pengetahuan yang memadai untuk pemanfaatan yang benar dan sebagai pengelola bumi yang baik harus tak henti-hentinya belajar, karena ilmu pengetahuan itu berubah. Ada yang ternyata salah dan harus di buang dan ada pula yang harus ditambahkan.
Kemampuan manusia dalam mengembangkan pengetahuan tidak lepas dari kemampuan menalar. Manusia satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh.  Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas hanya untuk kelangsungan hidupnya (survival).  Manusia mengembangkan pengetahuan bukan hanya sekadar  untuk kelangsungan hidup, tetapi dengan memikirkan hal-hal baru; manusia mengembangkan kebudayaan, manusia member makna pada kehidupan, dengan kata lain semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia itu dalam hidupnya mempunyai tujuan yang lebih tinggi dari sekadar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dan mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi.
     Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut alur kerangka berpikir tertentu yang disebut penalaran. Kedua hal inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya.
Manusia berpikir karena memiliki akal. Manusia memiliki kemampuan untuk membuat dan mengambil keputusan hal inilah yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Manusia dapat mengambil keputusan terletak pada kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar, sedangkan kemampuan berpikir dan bernalar itu dimungkinkan pada manusia karena ia memiliki susunan otak yang paling sederhana dibanding dengan otak berbagai Jenis makhlik hidup lainnya. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang baru. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama, maka kegiatan berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itupun berbeda-beda karena masing-masing mempunyai yang disebut dengan criteria kebenaran yang merupakan suatu proses penemuan kebenaran tersebut. Manusia berpikir dan bernalar untuk mengumpulkan pengetahuan yang tersembunyi di alam raya ini. Proses mengumpulkan pengetahuan merupakan suatu proses belajar yang dialami manusia sejak ia lahir hingga ke liang lahat. Kemudian pengetahuan yang dikumpulkan manusia melalui penggunaan akalnya disusun menjadi suatu bentuk yang berpola.
     Dengan berpikir, manusia berkesempatan mendapatkan pendidikan membentuk sistem kekeluargaan yang akhirnya terbentuk manusia yang cerdas sehingga dapat bermasyarakat dengan baik. Tanpa kecerdasan yang bersumber dari kemampuan berpikir, manusia tidak mampu menggali kumpulan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola bumi dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada.
      Secara umum maka tiap perkembangan dalam idea, konsep dan sebagainya dapat disebut berpikir. Akan tetapi, pemikiran keilmuan bukanlah suatu pemikiran yang biasa. Pemikiran keilmuan adalah pemikiran yang bersungguh-sungguh, artinya suatu cara berpikir yang berdisiplin, dimana seseorang yang berpikir sungguh-sungguh takkan membiarkan idea dan konsep yang sedang dipikirkannya berkelana tanpa arah, namun kesemuanya itu akan diarahkannya pada suatu tujuan tertentu. Berpikir keilmuan sering digunakan oleh para peneliti dan juga penemu yang mempunyai minat untuk terus mengolah pemikiran mereka sehingga mengasilkan suatu ilmu ataupun konsep. Orang yang berpikir kelimuan tidak akan membiarkan ide dan konsep yang ada dipikirannya hilang begitu saja.  Tetapi dalam bidang keilmuan, berpikir seperti ini ternyata kurang penting karena titik berat terletak dalam usaha untuk memahami obyek yang belum ditetapkan dan cara berpikir seperti ini dinamakan penalaran (reasoning).
      Jika berpikir dengan sungguh-sungguh, maka kita akan mendapatkan pengetahuan dan juga ilmu, namun disini terdapat perbedaan antara ilmu dan juga pengetahuan yang didapatkan oleh manusia.  Pengetahuan adalah suatu hasil dari pengamatan dan juga pengalaman yang dirasakan oleh panca indra, sehingga kita menjadi tahu, dan bagian dari pengetahuan adalah ilmu. Ilmu adalah hasil dari proses berpikir dengan pertanyaan “bagaimana hal itu bisa terjadi ?”, dengan pertanyaan itu maka manusia akan berusaha untuk melakukan sebuah penelitian sehingga akan mendapatkan kesimpulan atau dengan kata lain ilmu adalah pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu. Akibatnya adalah bahwa teori-teori kelimuan tidak merupakan kebenaran yang pasti. Apa yang mampu dilakukan ilmu, dan apa yang sebenarnya memang dilakukan ilmu, semuanya hanyalah bersifat kemungkinan (peluang). Ilmu memberi kita, sebagai tambahan terhadap uraian gejala yang diamati, pernyataan yang bersifat peluang.
     Ilmu atau ilmu pengetahuan secara bahasa bisa diartikan sebagai memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.
     Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Ilmu pengetahuan adalah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. dalam kata lain dapat kita ketahui definisi arti ilmu yaitu sesuatu yang didapat dari kegiatan membaca dan memahami benda-benda maupun peristiwa, diwaktu kecil kita belajar membaca huruf abjad, lalu berlanjut menelaah kata-kata  dan seiring bertambahnya usia secara sadar atau tidak sadar sebenarnya kita terus belajar membaca, hanya saja yang dibaca sudah berkembang bukan hanya dalam bentuk bahasa tulis namun membaca alam semesta seisinya sebagai usaha dalam menemukan kebenaran. Dengan ilmu maka hidup menjadi mudah, karena ilmu juga merupakan alat untuk menjalani kehidupan.
     Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
     Manusia bila dibanding dengan hewan maka tubuh manusia lemah. Gajah dapat mengangkat beban yang sangat berat, kuda dapat berlari sangat cepat. Mengingat manusia mempunyai akal dan budi serta kemauan yang sangat kuat. Sehingga manusia dapat mengangkat beban lebih berat dan berlari sangat cepat bila dibanding dengan gajah dan kuda yaitu, menusia dengan akal dan budi dapat menciptakan teknologi berupa mesin hidrolik dan pesawat jet.
     Kuriositas atau rasa ingin tahu manusia terus berkembang. Hewan juga mempunyai rasa ingin tahu, tetapi didorong oleh naluri (insting). Naluri hewan bertitik tolak untuk dapat mempertahankan hidupnya, dan sifatnya tetap sepanjang tahun. Manusia disamping mempunyai kuriositas juga dilengkapi akal dan budi. Sehingga rasa ingin tahu dapat berkembang dan tidak pernah ada puasnya.
   Untuk dapat memuaskan rasa ingin tahu (rahasia alam) manusia menggunakan pengamatan dan pengalaman serta menggunakan logika, maka akhirnya munculah pengetahuan.
    Pengetahuan adalah kumpulan fakta-fakta. Tanggapan terhadap gejala-gejala alam merupakan suatu pengalaman. Pengalaman merupakan salah satu terbentuknya pengetahuan. Perkembangan pengetahuan karena didorong dua faktor pertama untuk memuaskan diri guna memahami hakekat kebenaran dan kedua untuk meningkatkan status (taraf hidup).
    Dorongan pertama akan memperoleh pengetahuan murni (teroritis) dan dorongan kedua akan memperoleh pengetahuan praktis (aplikasi) atau ilmu terapan, ilmu alamiah merupakan kegiatan manusia yang bersifat dinamis, artinya kegiatan yang tiada henti. Dari hasil percobaan akan memperoleh konsep (teori) baru yang selanjutnya akan mendorong manusia untuk melakukan percobaan, demikian seterusnya.
     Dimana kita hidup?, Kapan kita dilahirkan?, tanaman apa yang membuat kita bersin-bersin?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sesuatu yang berasal dari ketidak-tahuan, jawaban dari ketidak-tahuan itu adalah ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan maka terjawablah semua pertanyaan karena pada dasarnya ilmu pengertahuan itu tercipta dari rasa penasaran seseorang,  kemudian ketika dia mencari tau tentang seluk-beluk yang tidak dia ketahui maka dia akan mencari dengan segala cara agar rasa penasarannya itu terpenuhi. Misalnya, ketika seorang bayi yang belum mengerti apa itu sebuah bola karena akalnya baru bisa berfungsi, maka dia akan menjilati bola itu, merabanya, mencium baunya kemudian memukul-mukulnya untuk mengetahui apa yang bakal terjadi terhadap bola. Dan untuk seseorang tau akan suatu hal yang dia penasaran untuk ketahui tidak cukup sekali proses, butuh beberapa kali percobaan agar rasa ingin tahunya itu terpuaskan, hal ini disebut dengan eksperimen.

1.4  KELAHIRAN ILMU PENGETAHUAN MODERN
     Rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang sebagai hasil perkembangan pola pikir manusia yang terakumulasi dari hasil pengamatan dan pengalaman telah mendorong manusia untuk melahirkan pendekatan kebenaran yang tidak hanya mengandalkan kemampuan rasio belaka, dorongan tersebut setidaknya terdiri dari dua sisi; yakni dorongan pertama adalah dorongan untuk memuaskan diri sendiri yang sifatnya non praktis atau teoritis guna memenuhi kuriositas dan memahami tentang hakikat alam semesta dan segala isinya, yang selanjutnya melahirkan pure science (Ilmu pengetahuan murni). Sementara dorongan yang ke-dua adalah dorongan yang sifatnya praktis, dimana ilmu pengetahuan dimanfaatkan untuk meningkatkan tarap hidup yang lebih tinggi, dan selanjutnya disebut dengan Applied science (Ilmu pengetahuan terapan/teknologi).
     Kedua dorongan inilah yang memicu manusia untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru yang menjadi titik awal lahirnya pengetahuan alamiah modern yang semakin berkembang dari zaman ke zaman.
·         Ilmu Pengetahuan
    Menurut Prof DR. M. J. Langerveld, Guru besar pada Rijk University di Utrecht (Belanda) Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu, yang merupakan kesatuan sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan sebab-sebab suatu kejadian. Ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat membedakannya dengan pengetahuan lainnya, diantara ciri khas ilmu atau ilmu pengetahuan yaitu obyektif, metodik, sistematik, dan berlaku umum. Dengan sifat-sifat tersebut, maka orang yang berkecimpung atau selalu berhubungan dengan pengetahuan akan terbimbing sedemikian hingga padanya terkembangkan suatu sikap yang disebut sikap ilmiah.
     Objek penelaah ilmu adalah seluruh segi kehidupan yang dapat di uji oleh panca indra manusia. Ilmu membatasi diri pada kejadian-kejadian yang besifat empiris, yang terjangkau oleh fitrah pengalaman manusia dengan menggunakan panca indranya. Objek dibedakan atas dua hal yaitu, objek material adalah objek yang dilihat secara keseluruhan, dan objek formal yang dilihat dari suatu aspek tertentu saja.
·         Metode Keilmuan
    Untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu memerlukan pencarian pengetahuan yang dapat dilakukan secara nonilmiah dan ilmiah dengan mengacu pada kerangka filsafat. Pencarian ilmu pengetahuan ilmiah (metode ilmiah) dilakukan berdasarkan pemikiran rasional, pengalaman empiris (fakta), maupun referensi pengalaman sebelumnya. Cara untuk mendapatkannya harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Objektif, pengetahuan itu harus sesuai objeknya.
2. Metodik, pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.
3. Sistimatis, pengetahuan ilmiah yang tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga keseluruhannya merupakan satu kesatuan yang utuh.
4. Berlaku Umum, pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseoramg atau sekelompok orang, tetapi dengan pengalaman itu diperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah, lewat metode inilah nantinya akan melahirkan ilmu-ilmu baru yang menjadi cikal bakal lahirnya ilmu alamiah modern terutama Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
·         Kelahiran IPA
   Pada mulanya manusia percaya mitos yang sekarang dinilai sebagai pengetahuan semu (pseduo knowledge). Mengapa? Karena mitos tidak pernah memuaskan maka dicarilah pengetahuan sesungguhnya (pure science). Objek utama yang dipikirkan manusia adalah alam sehingga lahirlah pengetahuan alam (natural science).
    Untuk menemukan ilmu pengetahuan, harus digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan ilmiah.
Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Teori ini masih dapat menghasilkan suatu teori dan masih dapat diuji konsistensi serta kemantapannya. Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka.
    Jadi, suatu ilmu pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan bilamana cara memperolehnya menggunakan metode keilmuan, yaitu gabungan rasionalisme dan emperisme.
   Secara lengkap dapat dikatakan bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat disebut IPA bilamana persyaratan berikut: objeknya pengalaman manusia yang berupa gejala-gejala alam, yang dikumpulkan melalui metode keilmuan serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia.
    Kapan ilmu pengetahuan (sains) lahir ? secara waktu mungkin sulit untuk ditetapkan tetapi yang jelas sesuatu dinyatakan pengetahuan sains adalah apabila pendekatan kebenaran tertumpu pada rational approach and empiric approach yakni kebenaran yang secara rasional dapat dimengerti dan difahami serta dibuktikan secara fakta dan menggunakan peralatan ilmiah.
·         Perkembangan Pengetahuan Dari Masa Ke Masa
1. Zaman Purba
Pada zaman purba, manusia selain mewariskan alat-alat purba, juga mewariskan cara bercocok tanam dan cara berternak. Peninggalan-peninggalan alat-alat, tanaman, ternak tersebut menunjukkan bahwa manusia purba telah mempunyai pengetahuan untuk memperolehnya. Penemuan-penemuan itu terjadi baik secara kebetulan ataupun disengaja semuanya berdasarkan pengamatan primitif, dan mungkin dilanjutkan dengan percobaan-percobaan yang dilakukan dengan tanpa dasar dan tanpa pengaturan, tetapi dengan mengikuti proses”Trial and error”. Dengan demikian tersusunlah ”know how” meskipun tidak diketahui sebabnya, tidak diketahui ”mengapanya”. Dengan demikian maka zaman batu ini ditandai oleh pengetahuan ”know how” yang diperoleh berdasarkan Kemampuan mengamati, membeda-bedakan, memilih, melakukan percobaan tanpa disengaja, yang berlandaskan dengan proses ”Trial and error”.
Setelah zaman ini masa 15000 sampai kurang lebih 600 tahun SM. Masih merupakan kelanjutan dari zaman batu. Mereka masih mewarisi pengetahuan dari zaman batu, tetapi diantara mereka ada yang mampu mengolah logam. Dalam hal pembuatan logam, alat-alat mereka tidak lagi terbuat dari batu, melainkan dari perunggu atau besi. Pada zaman purba tersebut manusia menggantungkan diri pada kepercayaan agama yang politistik. Mereka percaya bahwa dewa-dewa berada di bulan, matahari, bintang, karena itu, benda-benda angkasa itu terus-menerus diamati. Dan mereka mulai menyusun kalender sebagai pedoman waktu untuk mengatur kehidupan ritual, pekerjaan sehari-hari dan kehidupan biasa pada umumnya.
Penemuan-penemuan tersebut di atas merupakan proses alamiah yang hanya mungkin pada zaman itu mencari dan akhirnya menemukan dan mampu menggunakan angka-angka dan abjad untuk melakukan perhitungan-perhitungan. Di samping kemampuan-kemampuan dan penemuan-penemuan tersebut, mereka bisa membentuk kemampuan mengukur, kemampuan ini digunakan untuk mengukur bidang tanah dan perladangan juga mengukur hasil panennya. Untuk keperluan pengukuran-pengukuran tersebut juga telah ditemukan bentuk segitiga, segitiga siku-siku, dan sudut siku-siku. Kemudian ilmu berkembang dan menjelma menadi ilmu hitung (arithmetic) dan ilmu ukur (geometry).
2. Zaman Yunani
Masa 600 tahun sebelum masehi sampai kurang lebih 200 tahun sebelum masehi biasanya disebut zaman Yunani. Dalam zaman ini proses-proses perkembangan know how tetap mendasari kehidupan sehari-hari, tapi lebih maju daripada zaman sebelumnya. Dalam bidang pengetahuan sikap dan pemikiran yang sekedar menerima apa adanya, terjadi perubahan besar, dan perubahan ini dianggap sebagai dasar ilmu pengetahuan modern. Hal ini berdasarkan pada sikap bangsa Yunani yang tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman secara pasif receptif. Mereka memiliki ”inquiry atitude” dan ”inquiry mind” orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan isi alam ini adalah Thales (624-548 SM). Pemikiran Thales dalam rangka membahas perkembangan ilmu pengetahuan ”Yang penting bukan jawaban yang diberikan, tetapi diajukannya pertanyaan tersebut”. Karena dari pertanyaan akan menimbulkan atau menyebabkan pemeriksaan dan penelitian yang terus menerus. Jadi, pertanyaan merupakan suatu motor yang tetap mendorong pemikiran dan penyelidikan.
Disamping Thales terdapat banyak tokoh filsafat Yunani yang besar sekali sumbangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan diantaranya adalah Al-Fargani, Jabir bin Hayyam, Phytagoras, Aristoteles dan Archimedes.
3. Zaman Modern
Pada permulaan abad ke-14, di Eropa di mulai perkembangan ilmu pengetahuan. Sejak zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan umat manusia pada umumnya. Permulaan perkembangannya dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-1294) yang menganjurkan agar pengalaman manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan penelitian. Copernicus, Tycho Broche, Keppler dan Galileo merupakan pelopor dalam mengembangkan pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman tersebut.
Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sangat mantap dan pesat setelah ditulisnya buku yang berjudul Novum Organum oleh Francis Bacon (1560-1626) yang mengutarakan tentang landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan dan penegasan ilmu pengetahuan dengan metodenya.
Bila dilihat dari segi metodologi dan psikologi maka seluruh ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada:
1. Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus
2. Pengumpulan data yang terus menerus dan dilakuakan secara sistematis
3. Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara.
4. Penyusunan model-model atau teori-teori, serta penyusunan ramalan-ramalan sehubungan dengan model itu.
5. Percobaan untuk menguji ramalan tersebut.
Percobaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan, diantaranya: benar atau salah. Jika terbukti salah, terbuka kemungkinan untuk mencari kesalahan berfikir, sehingga terbuka juga kemungkinan untuk memperbaikinya. Dengan demikian ilmu pengetahuan modern memiliki suatu sistem yang didalamnya terkandung mengoreksi diri, yang memungkinkan ditiadakannya kesalahan demi kesalahan secara bertahap menuju kebenaran.
Perkembangan pengetahuan sudah dimulai sejak zaman purba, hal tersebut disebabkan karena manusia memiliki rasa ingin tahu yang terus berkembang, sehingga pada zaman Yunani manusia sudah mulai menggunakan metode ilmiah yang tidak hanya mengandalkan rasio semata tetapi juga haru dengan pengalaman empirik sehingga apa yang mereka dapatkan dapat dibuktikan dan diterima oleh umum.
Kelahiran ilmu alamiah modern mungkin saja terjadi pada zaman Yunani, karena pada zaman inilah pendekatan kebenaran tertumpu pada rational approach and empiric approach, yang selanjutnya menjadi cikal bakal perkembangan Ilmu Pengetahuan yang pesat pada zaman modern.

2.     Penelitian dan Ilmu Pengetahuan
2.1  Pengertian Penelitian
     Pengertian Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yaitu research. Kata risearch berasal dari kata re yang artinya kembali dan to research yang berati mencari. Maka dari itu pengertian penelitian itu sendiri merupakan suatu upaya pencarian. Dimana yang dicari dalam suatu penelitian adalah pengetahuan yang sebenar – benarnya. Dari mendapatkan pengetahuan tersebut dapat dipakai sebagai pertannyaan dari suatu masalah tertentu. Ini dikarenakan dalam melakukan suatu penelitian tidak dapat dilaksanakan apabila tidak diawali dengan adanya ketidak tahuan.
    Tentunya untuk mendapatkan  suatu jawaban dari suatu permasalahan maka haruslah dilakuan dengan cara penelitian. Ada beberapa cara yang dapt dilakukan dalam melakukan suatu penelitian untuk memperoleh jawaban dari suatu masalah yaitu pertama dengan jalam bertanya kepada orang yang dianggap lebih memahami dan mempunyai otoritas dibidang keilmuan tertentu. Apabila belum juga puas dengan jawaban yang diberikan maka dapat pula dilakuakn dengan cara melalui akal sehat logika, intuisi, prasangka atau coba-coba. Yang tentunya ini tidak dilakukan dengan melalui penalaran. Tentunya ini berbada denga metode ilmiah yaitu suatu metode yang mengutamakan keyakinan yangmana setiap gejala akan dicari hubungan sebab akibatnya serta kecendrungan – kecenderungan yang timbul.

2.2  Hubungan Ilmu Dan Penelitian


- Menurut Almack (1930) hubungan antara ilmu dan penelitian adalah seperti hasil dan  proses.
- Menurut Whitney (1960) penelitian dan ilmu merupakan proses dan hasilnya 
              adalah kebenaran.

·         Manfaat Penelitian
Dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan antara penelitian dan ilmu, yakni keduanya berusaha mengungkapkan kebenaran ilmiah.
·         Kebenaran ilmiah
Suatu kebenaran ilmiah dapat diterima karena :
1.      Adanya koheran_________Konsisten
2.      Adanya koresponden______Berhubungan
3.      Pragmatis_________Sifat fungsional dalam kehidupan praktis
·         Jenis - Jenis Penelitian
1.      Penelitian dasar / murni :
Pencarian terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan terhadap hasil sesuatu aktivitas. Hasilnya : Pengetahuan umum, yaitu alat untuk memecahkan masalah-masalah praktika.
2.      Penelitian Terapan
Penyelidikan yang hati-hati, sistematik dan terus menerus terhadapa suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan sesuatu. Hasilnya : Aplikasi baru dari penelitian yang telah ada.
·         Kualifikasi Penelitian
Whitney (1960) memberikan beberapa kriteria yang harus dimiliki penelitian adalah sebagai :
1.      Daya nalar
2.      Originalitas
3.      Daya ingat
4.      Kewaspadaan
5.      Akurat
6.      Dapat bekerja sama
7.      Kesehatan
8.      Semangat
9.      Pandangan moral
·         Kriteria Metode Ilmiah
1.      Berdasarkan  fakta
2.      Bebas dari prasangka
3.      Menggunakan prinsip-prinsip analisis
4.      Perumusan masalah, antara lain dengan menyusun hipotesis
5.      Menggunakan ukuran obyektif
6.      Menggunakan teknik kuantitatif dan atau kualitatif
·         Tahapan Metode Ilmiah
1.      Memilih dan mendefinisikan masalah
2.      Survei data yang tersedia
3.      Merumuskan hipotesis (bila penelitian bertujuan menguji hipotesis
4.      Menyusun kerangka analisa dan alat-alat dalam menguji hipotesis
5.      Mengumpulkan data
6.      Mengolah, menganilsa dan membuat interpretasi
7.      Generalisasi dan membuat kesimpulan 
8.      Membuat laporan penelitian
·         Unsur Pemikiran Ilmiah
1.      Observasi dengan tujuan tertentu
2.      Analisa sintesa
3.      Mengingat dan memunculkan kembali secara selektif
4.      Hipotesis (bila penelitian bertujuan menguji hipotesis)
5.      Verifikasi terhadap inferensi
6.      Pemberian alasan
7.      Keputusan
·         Sifat Penelitian
1.      Bersifat kualitatif 
2.      Bersifat Kuantitatif
Masalah utama yang biasa dihadapi para peneliti pemula adalah menentukan metode penelitian yang paling tepat Qualitatif dan Quantitatif Jawabannya tergantung pada masalah yang hendak diriset.
·         Qualitatif atau Quantitatif
Metodologi, yakni bagaimana mengumpulkan dan menganalisis data/informasi berkenaan dengan topik penelitian, a.l:
1.      Jenis data yang dibutuhkan, Qualitatif dan Quantitatif? (WHAT)
2.      Lokasi penelitian (WHERE) 
3.      Bagaimana data/informasi dikoleksi (HOW) 
4.      Bagaiamana data/informasi tersebut akan dianalisa.

2.3   Langkah-Langkah Penelitian Ilmiah
     Proses pelaksanaan penelitian ilmiah terdiri dari langkah-langkah yang juga menerapkan prinsip metode ilmiah. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan selama melakukan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:
1.      mengidentifikasi dan merumuskan masalah
2.      melakukan studi pendahuluan
3.      merumuskan hipotesis
4.      mengidentifikasi variabel dan definisi operasional variabel
5.      menentukan rancangan dan desain penelitian
6.      menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian
7.      menentukan subjek penelitian
8.      melaksanakan penelitian
9.      melakukan analisis data
10.  merumuskan hasil penelitian dan pembahasan
11.  menyusun laporan penelitian dan melakukan desiminasi.
Berikut kita bahas setiap langkah-langkah penelitian ilmiah (scientific research) itu, berikut ini.
·         Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah
Sebagaimana halnya dalam metode ilmiah, pada penelitian ilmiah juga harus berangkat dari adanya permasalahan yang ingin pecahkan. Sebelum melaksanakan penelitian ilmiah perlu dilakukan identifikasi masalah. Proses identifikasi masalah penting dilakukan agar rumusan masalah menjadi tajam dan sebagai bentuk data awal bahwa dalam penelitian ilmiah tersebut memang dibutuhkan pemecahan masalah melalui penelitian. Identifikasi masalah dirumuskan bersesuaian sebagaimana latar belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang ada di lapangan. Identifikasi masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif, sementara rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya (berbentuk pertanyaan).
·         Melakukan Studi Pendahuluan
Di dalam penelitian ilmiah, perlu dilakukan sebuah studi pendahuluan. Peneliti dapat melakukannya dengan menelusuri dan memahami kajian pustaka untuk bahan penyusun landasan teori yang dibutuhkan untuk menyusun hipotesis maupun pembahasan hasil penelitian nantinya. Sebuah penelitian dikatakan bagus apabila didasarkan pada landasan teori yang kukuh dan relevan. Banyak teori yang bersesuaian dengan penelitian, namun ternyata kurang relevan. Oleh karenanya, perlu dilakukan usaha memilah-milah teori yang sesuai. Selain itu studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui pengkajian kepustakaan akan dapat membuat penelitian lebih fokus pada masalah yang diteliti sehingga dapat memudahkan penentuan data apa yang nantinya akan dibutuhkan.
·         Merumuskan Hipotesis
Hipotesis perlu dirumuskan dalam sebuah penelitian ilmiah, lebih-lebih penelitian kuantitatif. Dengan menyatakan hipotesis, maka penelitian ilmiah yang dilakukan peneliti akan lebih fokus terhadap masalah yang diangkat. Selain itu dengan rumusan hipotesis, seorang peneliti tidak perlu lagi direpotkan dengan data-data yang seharusnya tidak dibutuhkannya, karena data yang diambilnya melalui instrumen penelitian hanyalah data-data yang berkaitan langsung dengan hipotesis. Data-data ini sajalah yang nantinya akan dianalisis. Hipotesis erat kaitannya dengan anggapan dasar. Anggapan dasar merupakan kesimpulan yang kebenarannya mutlak sehingga ketika seseorang membaca suatu anggapan dasar, tidak lagi meragukan kebenarannya.
·         Mengidentifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Sebuah variabel dalam penelitian ilmiah adalah fenomena yang akan atau tidak akan terjadi sebagai akibat adanya fenomena lain. Variabel penelitian sangat perlu ditentukan agar masalah yang diangkat dalam sebuah penelitian ilmiah menjadi jelas dan terukur. Dalam tahap selanjutnya, setelah variabel penelitian ditentukan, maka peneliti perlu membuat definisi operasional variabel itu sesuai dengan maksud atau tujuan penelitian. Definisi operasional variabel adalah definisi khusus yang dirumuskan sendiri oleh peneliti. Definisi operasional tidak sama dengan definisi konseptual yang didasarkan pada teori tertentu.
·         Menentukan Rancangan atau Desain Penelitian
Rancangan penelitian sering pula disebut sebagai desain penelitian. Rancangan penelitian merupakan prosedur atau langkah-langkah aplikatif penelitian yang berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian ilmiah bagi si peneliti yang bersangkutan. Rancangan penelitian harus ditetapkan secara terbuka sehingga orang lain dapat mengulang prosedur yang dilakukan untuk membuktikan kebenaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan peneliti.
·         Menentukan dan Mengembangkan Instrumen Penelitian
Apakah yang dimaksud dengan instrumen penelitian? Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya. Beragam alat dan teknik pengumpulan data yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan dan jenis penelitian ilmiah yang dilakukan. Setiap bentuk dan jenis instrumen penelitian memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Karena itu sebelum menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian, perlu dilakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Salah satu kriteria pertimbangan yang dapat dipakai untuk menentukan instrumen penelitian adalah kesesuaiannya dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Tidak semua alat atau instrumen pengumpul data cocok digunakan untuk penelitian-penelitian tertentu.
·         Menentukan Subjek Penelitian
Orang yang terlibat dalam penelitian ilmiah dan berperan sebagai sumber data disebut subjek penelitian. Seringkali subjek penelitian berkaitan dengan populasi dan sampel penelitian. Apabila penelitian ilmiah yang dilakukan menggunakan sampel penelitian dalam sebuah populasi penelitian, maka peneliti harus berhati-hati dalam menentukannya. Hal ini dikarenakan, penelitian yang menggunakan sampel sebagai subjek penelitian akan menyimpulkan hasil penelitian yang berlaku umum terhadap seluruh populasi, walaupun data yang diambil hanya merupakan sampel yang jumlah jauh lebih kecil dari populasi penelitian. Pengambilan sampel penelitian yang salah akan mengarahkan peneliti kepada kesimpulan yang salah pula.Sampel yang dipilih harus merepsentasikan populasi penelitian.
·         Melaksanakan Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah proses pengumpulan data sesuai dengan desain atau rancangan penelitian yang telah dibuat. Pelaksanaan penelitian harus dilakukan secara cermat dan hati-hati karena kan berhubungan dengan data yang dikumpulkan, keabsahan dan kebenaran data penelitian tentu saja akan menentukan kualitas penelitian yang dilakukan.Seringkali peneliti saat berada di lapangan dalam melaksanakan penelitiannya terkecoh oleh beragam data yang sekilas semuanya tampak penting dan berharga. Peneliti harus fokus pada pemecahan masalah yang telah dirumuskannya dengan mengacu pengambilan data berdasarkan instrumen penelitian yang telah dibuatnya secara ketat. Berdasarkan cara pengambilan data terhadap subjek penelitian, data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu data langsung dan data tidak langsung. Data langsung adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari sumber data (subjek penelitian), sementara data tidak langsung adalah data yang diperoleh peneliti tanpa berhubungan secara langsung dengan subjek penelitian yaitu melalui penggunaan media tertentu misalnya wawancara menggunakan telepon, dan sebagainya.
·         Melakukan Analisis Data
Beragam data yang terkumpul saat peneliti melaksanakan penelitian ilmiahnya tidak akan mempunyai kana apapun sebelum dilakukan analisis. Ada beragam alat yang dapat digunakan untuk melakukan analisis data, bergantung pada jenis data itu sendiri. Bila penelitian ilmiah yang dilakukan bersifat kuantitatif, maka jenis data akan bersifat kuantitatif juga. Bila penelitian bersifat kualitatif, maka data yang diperoleh akan bersifat kualitatif dan selanjutnya perlu diolah menjadi data kuantitatif. Untuk itu perlu digunakan statistik dalam pengolahan dan analisis data.
·         Merumuskan Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada hakekatnya merumuskan hasil penelitian dan melakukan pembahasan adalah kegiatan menjawab pertanyaan atau rumusan masalah penelitian, sesuai dengan hasil analisis data yang telah dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan, berarti peneliti melakukan interpretasi dan diskusi hasil penelitian.Hasil penelitian dan pemabahasannya merupakan inti dari sebuah penelitian ilmiah.Pada penelitian ilmiah dengan pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah hipotesis itu dinyatakan diterima atau ditolak dan dibahas mengapa diterima atau ditolak. Bila hasil penelitian mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori, maka dibahas pula mengapa demikian. Pembahasan penelitian harus dikembalikan kepada teori yang menjadi sandaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan.
·         Menyusun Laporan Penelitian dan Melakukan Desiminasi
Seorang peneliti yang telah melakukan penelitian ilmiah wajib menyusun laporan hasil penelitiannya. Penyusunan laporan dan desiminasi hasil penelitian merupakan langkah terakhir dalam pelaksanaan penelitian ilmiah. Format laporan ilmiah seringkali telah dibakukan berdasarkan institusi atau pemberi sponsor di mana penelitia itu melakukannya. Desiminasi dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau menuliskannya dalam jurnal-jurnal penelitian. Ini penting dilakukan agar hasil penelitian diketahui oleh masyarakat luas (masyarakat ilmiah) dan dapat dipergunakan bila diperlukan.


DAFTAR RUJUKAN

Salam, Burhanuddin.2002.Pengantar Pedagogik.Jakarta:PT Rineka Cipta
Adisasmita, Yusuf.1989.Hakekat, Filsafat dan Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Masyarakat.Jakarta:Dirjen Dikti
Saifullah, Ali.1990.Filsafat dan Pendidikan.Surabaya:Usaha Nasional
Tafsir, Ahmad.2007.Filsafat Ilmu.Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Aly, Abdullah, Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, Bumi Aksara, Jakarta: 1994.
Bainar, Hajjah, dkk, Ilmu Sosial, Budaya dan Kealaman Dasar, Jenki Satria, Jakarta: 2006.
Purnama, Heri, Ilmu Alamiah Dasar, Rinek Cipta, Jakarta: 2008.
Roosmini, Mien, dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Semarang: 1990.
Salam, Burhanuddin, Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi,Rineka Cipta, Jakarta: 2000.
http://one.indoskripsi.com/content/definisi-filsafat
http://afrizal.wordpress.com/2007/07/10/pengertian-filsafat/
www.unhas.ac.id/rhiza/arsip/mystudents/…/Bab%204%20Sugianto.ppt
http://maydina.multiply.com/journal/item/552
http://arfan-exist.blogspot.co.id/2009/04/kelahiran-pengetahuan-alamiah-modern.html
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html
http://nyomanrinarta-physic.blogspot.co.id/2012/11/hubungan-filsafat-dengan-ilmu.html
https://cacapowerpuffgirls.wordpress.com/category/manusia-dan-ilmu-pengetahuan/
http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.html
http://sultoh.blogspot.com/2010/11/filsafat-itu-adalah-induk-semua-ilmu.html
http://sophiascientia.wordpress.com/apa-itu-filsafat-dan-filsafat-ilmu/
http://ardimasihkecil.blogdetik.com/2011/03/20/filsafat-sebagai-ilmu-pengetahuan/
http://rifkaputrika.wordpress.com/2013/03/29/iad/
http://infodaridesa.blogspot.co.id/2013/03/hubungan-ilmu-dan-penelitian.html
http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/

Copyright © 2009 My World is Your World All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.